Belakangan ini, marak terjadi kasus penjualan bensin Pertamax oplosan di beberapa SPBU di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Jawa Barat. Bensin Pertamax dengan oktan 92 ini dipalsukan dengan Pertalite oktan 90 dan diberi pewarna untuk menyerupainya. Ahli Bahan Bakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, mengungkapkan bahwa konsumen sering kali tidak memeriksa warna bensin saat pengisian karena tingginya tingkat kepercayaan pada SPBU.
Namun, bagi beberapa pengemudi yang sensitif, mereka bisa merasakan penurunan performa mesin. Gejala yang muncul saat mobil digas adalah ngelitik disertai tarikan yang berat. Hal ini terjadi karena bahan bakar yang dibakar tidak kompatibel dengan spesifikasi oktan pembakaran mesin. Mesin yang diset untuk oktan 92 akan mengalami pembakaran terlalu cepat ketika diisi dengan oktan 90, sehingga terjadi knocking atau ngelitik.
Sensor knocking akan bekerja untuk menyesuaikan timing pembakaran agar lebih lambat, yang pada akhirnya menurunkan performa mesin. Fenomena ini juga menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros karena membutuhkan pengabutan lebih untuk menghasilkan tenaga yang setara.
Dalam kasus mesin mobil dengan settingan oktan tinggi, gejala ini pasti akan terasa. Namun, pengguna mobil tersebut biasanya tidak akan mengisi bensin dengan oktan di bawah 95, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh kasus oplosan ini.