Jakarta – Kekecewaan mendalam dirasakan para pengemudi ojek online (ojol) di Indonesia menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Pasalnya, bonus hari raya (BHR) yang mereka terima jauh dari harapan, bahkan terkesan merendahkan. Di sisi lain, beban potongan aplikasi yang mencapai separuh dari pendapatan harian semakin memperparah kondisi finansial mereka.

Sejumlah pengemudi mengeluhkan bahwa BHR yang mereka terima hanya sebesar Rp 50 ribu. Jumlah ini dianggap tidak sebanding dengan kontribusi yang telah mereka berikan kepada perusahaan aplikasi selama ini. Apalagi, ada pengemudi yang sudah menjadi mitra selama bertahun-tahun, namun tetap saja hanya mendapatkan BHR dengan nominal yang sama.

"Rp 50 ribu itu apa artinya? Kami ini kerja keras setiap hari, memberikan setoran yang tidak sedikit ke perusahaan. Harusnya BHR itu lebih manusiawi," ujar seorang pengemudi ojol yang enggan disebutkan namanya.

Kekecewaan ini semakin bertambah mengingat harapan yang sempat diungkapkan oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto, agar BHR untuk mitra pengemudi bisa mencapai angka minimal Rp 1 juta. Realitasnya, nominal tertinggi yang diterima pun jauh di bawah harapan tersebut.

Selain masalah BHR, para pengemudi ojol juga menyoroti besarnya potongan aplikasi yang mencapai hampir 50% dari setiap orderan. Potongan ini dinilai sangat memberatkan, terutama di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit.

"Bayangkan saja, dari satu orderan, hampir setengahnya sudah diambil perusahaan. Kalau orderan sepi, ya makin susah kami," keluh pengemudi lainnya.

Kondisi ini memicu kemarahan dan kekecewaan di kalangan pengemudi ojol. Mereka merasa diperlakukan tidak adil dan hanya dimanfaatkan oleh perusahaan aplikasi.

"Kami ini bukan robot. Kami juga punya keluarga yang harus dinafkahi. Kalau potongan aplikasi terus seperti ini, bagaimana kami bisa hidup layak?" kata seorang perwakilan komunitas ojol.

Menanggapi situasi ini, sejumlah asosiasi pengemudi ojol berencana menggelar aksi demonstrasi besar-besaran setelah Lebaran. Mereka akan menuntut kejelasan status hukum, revisi potongan aplikasi, dan penghapusan skema yang dianggap merugikan pengemudi.

"Kami akan turun ke jalan untuk memperjuangkan hak-hak kami. Kami ingin diperlakukan dengan adil dan manusiawi," tegas seorang koordinator aksi.

Aksi ini diharapkan dapat membuka mata pemerintah dan perusahaan aplikasi untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para pengemudi ojol, yang selama ini telah menjadi tulang punggung transportasi di perkotaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini