Kendaraan listrik semakin banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan untuk menekan polusi udara. Namun, dengan makin maraknya kendaraan listrik, bagaimana nasib industri oli yang selama ini mengandalkan kendaraan bermesin bakar?
Menurut beberapa produsen oli, kendaraan listrik tidak berarti mengancam bisnis mereka. Pasalnya, kendaraan listrik masih membutuhkan pelumas tertentu untuk menjaga kinerja dan usia pakai beberapa komponennya. Selain itu, jumlah kendaraan listrik masih sangat rendah dibandingkan kendaraan konvensional, baik di Indonesia maupun di dunia.
Salah satu produsen oli yang optimis adalah Shell Lubricants. Jason Wong, Global Executive Vice President Shell Lubricants, mengatakan bahwa permintaan pelumas di Indonesia masih akan tinggi, minimal hingga 5-10 tahun ke depan. Hal ini karena populasi kendaraan bermesin bakar masih menjadi mayoritas di pasar otomotif.
"Kalau dari perspektif Shell, kami yakin kalau dalam 5-10 tahun ke depan, produk pelumas masih akan sangat berkembang permintaannya dan sangat dibutuhkan. Karena bicara persentase populasi total semua kendaraan, ICE (internal combustion engine) masih menjadi mayoritas," ujar Wong saat ditemui di SCBD, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2024).
Wong mencontohkan China, yang merupakan negara dengan perkembangan kendaraan listrik paling pesat di dunia. Meski begitu, penjualan kendaraan listrik di China masih sekitar 40 persen dari total penjualan mobil per tahun. Sementara itu, populasi kendaraan bermesin bakar masih sangat tinggi.
Wong juga menambahkan bahwa infrastruktur di Indonesia belum memadai untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik secara masif. Hal ini membuat konsumen belum nyaman untuk beralih ke kendaraan listrik. Oleh karena itu, Shell Indonesia masih fokus pada kebutuhan konsumen yang menggunakan kendaraan konvensional.
Namun, Shell tidak menutup mata terhadap perkembangan kendaraan listrik. Sebagai perusahaan besar, Shell harus punya skala prioritas dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar. Di pasar global, Shell telah mengembangkan dan menjual produk pelumas khusus untuk kendaraan listrik, seperti e-fluids. Produk ini dapat digunakan untuk mendinginkan sel-sel baterai yang rentan overheating.
"Untuk industri EV (electric vehicle) kami tetap tertarik, kami sudah menciptakan e-fluids yang khusus EV. E-fluid diperkenalkan sejak 2019, dan sekarang kami sudah punya deretan lini e-fluid khusus mobil EV. Di saat yang bersamaan, kami juga melihat ada kebutuhan untuk pendinginan data center," tutur Wong.
Shell tidak sendirian dalam menghadapi tantangan kendaraan listrik. Produsen oli lainnya, seperti Pertamina, juga mengaku siap mengikuti perkembangan pasar. Pertamina mengklaim memiliki produk pelumas yang cocok untuk kendaraan listrik, seperti Pertamina Fastron Platinum. Produk ini diklaim memiliki keunggulan dalam hal viskositas, stabilitas oksidasi, dan perlindungan terhadap karat.
"Kami sudah siap dengan produk pelumas yang cocok untuk kendaraan listrik. Kami juga terus melakukan riset dan pengembangan untuk menghasilkan produk pelumas yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan konsumen," kata Dian Hapsari Firasati, Vice President Marketing Retail Fuel Marketing Pertamina.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kendaraan listrik tidak serta merta membuat oli punah. Kendaraan listrik masih membutuhkan pelumas, meski tidak sebanyak kendaraan bermesin bakar. Selain itu, kendaraan listrik masih memiliki kendala dalam hal infrastruktur dan penetrasi pasar. Oleh karena itu, produsen oli masih memiliki peluang untuk bertahan dan berkembang di industri otomotif.