Jakarta – Jagat media sosial dihebohkan dengan video viral yang menunjukkan hasil uji oktan (RON) bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite berbeda dari spesifikasi yang ditetapkan. Dalam video yang diunggah oleh seorang warganet, alat uji menunjukkan RON Pertalite mencapai angka 93, padahal seharusnya 90. Hal ini memicu perdebatan di kalangan masyarakat terkait kualitas BBM yang dijual oleh Pertamina.
Menanggapi kehebohan ini, Pertamina belum memberikan pernyataan resmi. Namun, seorang ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) angkat bicara mengenai validitas metode pengujian yang digunakan dalam video tersebut.
Tri Yuswidjajanto Zaenuri, seorang dosen dan ahli konversi energi di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, menegaskan bahwa hasil pengujian oktan harus dilakukan dengan metode standar yang telah ditetapkan oleh industri migas, yaitu ASTM (American Standard Testing and Material).
"Kalau pengecekannya menggunakan alat yang tidak standar, jelas saja hasilnya tidak bisa dibilang valid," ujarnya. Ia menyoroti alat uji yang digunakan dalam video viral, yaitu Oktis-2 Analyzer Meter Octane Number, yang bekerja dengan cara mencelupkan batang alat ke dalam sampel BBM.
Menurut Yuswidjajanto, alat tersebut hanya mengukur kemampuan bahan bakar dalam meneruskan arus listrik, bukan ketahanan terhadap detonasi yang merupakan esensi dari nilai oktan. "Itu kan cuma di elektrik saja, mengukur kemampuan si bahan bakar untuk meneruskan arus listrik," jelasnya.
Pengukuran dengan metode ASTM, lanjutnya, justru mengukur ketahanan detonasi yang sangat bergantung pada senyawa yang terkandung dalam BBM. Ia juga menambahkan, kandungan molekul tertentu yang mampu menghantarkan arus listrik dengan baik, bisa saja memberikan hasil RON yang tinggi pada alat uji "celup" tersebut, namun hasil tersebut tidak dapat diakui secara ilmiah.
"Kebetulan misalnya punya kompetitornya Pertamina, kebetulan banyak molekul yang bisa meneruskan arus listrik. Ya, hasilnya tinggi. Tapi enggak cocok itu, enggak bisa diakui hasilnya," tegas Yuswidjajanto.
Dengan demikian, keakuratan hasil uji oktan yang beredar di media sosial diragukan validitasnya. Masyarakat diimbau untuk tidak serta merta percaya pada informasi yang belum terverifikasi dan mengedepankan informasi yang berasal dari sumber yang terpercaya. Pertamina sendiri diharapkan segera memberikan klarifikasi resmi untuk menjawab keraguan masyarakat terkait kualitas Pertalite.