Jakarta – Aksi menyiram air ke kampas rem motor saat perjalanan jauh atau touring, yang kerap viral di media sosial, ternyata menyimpan bahaya besar. Meski tampak sebagai solusi instan mengatasi rem blong akibat panas berlebih, tindakan ini justru bisa memicu kerusakan fatal pada sistem pengereman.
Saat melibas rute panjang, terutama turunan curam, rem motor bekerja ekstra keras. Gesekan terus-menerus ini menghasilkan panas ekstrem pada kampas rem, bahkan bisa mencapai ratusan derajat Celsius. Dalam kondisi panik, beberapa pengendara nekat menyiramkan air dingin dengan harapan menurunkan suhu secara cepat.
"Memang tujuannya baik, ingin menurunkan suhu rem yang terlalu panas. Tapi, cara ini sangat berisiko," ujar seorang ahli otomotif yang enggan disebutkan namanya, baru-baru ini.
Penyiraman air secara mendadak dapat menyebabkan thermal shock, yaitu perubahan suhu ekstrem dalam waktu singkat. Akibatnya, komponen rem seperti piringan cakram bisa mengalami deformasi atau perubahan bentuk.
"Piringan yang tadinya rata bisa menjadi bergelombang, bahkan retak. Ini sangat berbahaya karena mengurangi efektivitas pengereman," jelasnya.
Deformasi ini tidak hanya terjadi pada satu jenis kampas rem saja. Semua jenis kampas rem berpotensi mengalami kerusakan serupa jika dipaksa mengalami perubahan suhu drastis.
Lalu, bagaimana cara mengatasi rem panas saat touring yang aman? Ahli otomotif tersebut menyarankan untuk:
- Istirahat Berkala: Berhenti sejenak setiap beberapa puluh kilometer untuk memberikan waktu bagi rem mendingin secara alami.
- Teknik Pengereman yang Benar: Hindari mengerem secara terus-menerus saat turunan. Gunakan gigi rendah untuk membantu mengurangi kecepatan dan minimalkan penggunaan rem.
- Periksa Kondisi Rem: Pastikan kampas rem dan minyak rem dalam kondisi prima sebelum memulai perjalanan jauh.
- Gunakan Produk Berkualitas: Pilih kampas rem dan minyak rem yang berkualitas dan sesuai dengan spesifikasi motor.
Menyiram air ke rem memang bisa memberikan efek pendinginan sesaat. Namun, risiko kerusakan permanen yang ditimbulkannya jauh lebih besar. Keselamatan berkendara harus menjadi prioritas utama. Hindari solusi instan yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan orang lain.