Serangan merek ban asal China semakin gencar memasuki pasar Indonesia, menantang dominasi pemain lama dengan strategi harga yang agresif. Kehadiran pabrik Zhongce Rubber Group di KEK Kendal menjadi bukti keseriusan mereka menggarap pasar otomotif Indonesia yang potensial. Kondisi ini memaksa raksasa ban seperti Bridgestone untuk memutar otak mempertahankan pangsa pasar.
Harga murah menjadi senjata utama ban-ban asal Negeri Tirai Bambu. Strategi ini jelas menggiurkan bagi konsumen yang sensitif terhadap harga, namun menimbulkan pertanyaan mengenai kualitas dan standar keamanan produk.
Menanggapi hal ini, Head of Consumer Business PT Bridgestone Tire Indonesia, Gatot Adrie Triyono, mengakui tantangan yang dihadapi. "Kehadiran ban China menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Namun, Bridgestone akan terus mengedepankan kualitas dan keamanan sebagai prioritas utama," ujarnya saat ditemui di Karawang (4/2/2025).
Bridgestone berkeyakinan bahwa konsumen yang cerdas akan tetap memilih produk dengan reputasi terpercaya dan jaminan kualitas. Investasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D) serta penerapan standar produksi ketat menjadi kunci Bridgestone untuk mempertahankan posisinya.
"Kami terus berinovasi untuk menghasilkan ban yang tidak hanya awet, tetapi juga memberikan performa optimal dan keamanan bagi pengemudi. Ini adalah komitmen jangka panjang kami," tegas Gatot.
Perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1973 ini juga memiliki jaringan distribusi yang luas dan layanan purna jual yang terpercaya. Hal ini menjadi nilai tambah yang sulit ditandingi oleh pendatang baru.
Persaingan di pasar ban Indonesia diprediksi akan semakin sengit. Konsumen akan dihadapkan pada pilihan yang semakin beragam dengan rentang harga yang lebar. Pada akhirnya, kualitas, keamanan, dan layanan purna jual akan menjadi faktor penentu dalam memenangkan hati konsumen. Mampukah Bridgestone mempertahankan dominasinya di tengah gempuran ban China? Waktu yang akan menjawab.