Jakarta, Indonesia – Klaim mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang menyebut integrasi transportasi umum di Jakarta setara dengan Tokyo, Jepang, kembali memicu perdebatan. Pernyataan ini muncul di tengah upaya pemerintah mendorong penggunaan transportasi publik untuk mengatasi kemacetan kronis di ibu kota.
Anies, melalui akun media sosialnya, membandingkan fasilitas transportasi di Jakarta dengan Tokyo, lengkap dengan peta integrasi transportasi terkini yang dikembangkan oleh Transport for Jakarta. Ia seolah ingin menunjukkan bahwa Jakarta telah jauh berkembang dalam menyediakan sistem transportasi publik yang terpadu.
"Tapi nggak kalah dari Tokyo, kita di Jakarta juga punya peta integrasi transportasi umum lengkap versi terkini (Januari 2025) karya teman-teman Transport for Jakarta," tulisnya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan transportasi umum di Jakarta. Pada Januari-Juni 2024, tercatat 190 juta penumpang menggunakan berbagai moda transportasi publik. TransJakarta, sebagai salah satu tulang punggung transportasi Jakarta, melayani hingga 1,1 juta penumpang per hari.
Namun, klaim kesetaraan dengan Tokyo memunculkan pertanyaan: sejauh mana integrasi transportasi di Jakarta benar-benar telah mencapai level kota metropolitan dunia seperti Tokyo?
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mendukung upaya peningkatan penggunaan transportasi umum, bahkan mengusulkan agar para pejabat pemerintah ikut menggunakan transportasi publik. Hal ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat dan mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh iring-iringan kendaraan pejabat.
"Perhitungkan, sekarang setiap hari lebih dari 100-an kendaraan harus dikawal polisi menuju tempat beraktivitas, jalan-jalan di Jakarta akan semakin macet dan membikin pengguna jalan menjadi stress dengan bunyi-bunyian sirene kendaraan patwal," ujar Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI, Djoko Setijowarno.
Djoko menambahkan bahwa ketersediaan layanan angkutan umum di Jakarta sudah sedemikian merata, tidak jauh berbeda dengan kota dunia lainnya. Namun, tantangan sebenarnya terletak pada kualitas layanan, kenyamanan, dan kemudahan aksesibilitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Meski sudah terdapat berbagai moda transportasi seperti ojek, bajaj, mikrolet, bus, KRL, LRT, dan MRT, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Integrasi fisik antar moda, sistem pembayaran yang terpadu, informasi yang akurat dan real-time, serta peningkatan keamanan dan kenyamanan adalah beberapa aspek yang perlu ditingkatkan.
Integrasi transportasi Jakarta memang mengalami kemajuan, namun klaim setara Tokyo mungkin masih terlalu dini. Perlu kerja keras berkelanjutan dari pemerintah dan semua pihak terkait untuk mewujudkan sistem transportasi publik yang benar-benar efisien, nyaman, dan terintegrasi, sehingga dapat menjadi solusi nyata bagi masalah kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Jakarta.