Era keemasan motor bebek, dengan nama-nama legendaris seperti Supra, Jupiter, dan Satria, kini tinggal kenangan. Dominasi mereka di jalanan, yang pernah begitu kuat di awal tahun 2000-an, telah lama tergerus oleh gelombang popularitas motor matic. Data terbaru dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mengonfirmasi hal ini: pangsa pasar motor bebek kini tinggal remahan, hanya menyisakan 5,2 persen dari total penjualan motor nasional.

Bagaimana kondisi ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana, preferensi konsumen telah bergeser. Motor matic, dengan kemudahan pengoperasian dan pilihan model yang semakin beragam, telah mencuri hati mayoritas pengendara. Hari Budianto, Sekretaris Umum AISI, menjelaskan bahwa peralihan ini tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses yang bertahap sejak kemunculan motor matic seperti Mio dan Nouvo.

Data penjualan motor bebek sejak 2012 menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Jika pada masa jayanya, motor bebek menguasai pasar, kini perannya nyaris tak terlihat. Dari total 6,3 juta unit motor yang terjual di Indonesia pada 2024, motor bebek hanya menyumbang sekitar 300 ribu unit. Kontras sekali dengan motor matic yang menguasai lebih dari 90 persen pasar.

Bahkan, di kota-kota besar seperti Jakarta, situasi ini lebih ekstrem. Andreas Tjahjadi, Chief Yamaha DDS Jakarta, mengungkapkan bahwa penjualan motor bebek Yamaha di wilayahnya tidak sampai 5 persen. Angka ini semakin mempertegas bahwa motor bebek kini bukan lagi pilihan utama bagi konsumen.

Namun, bukan berarti motor bebek sepenuhnya hilang dari peredaran. Beberapa produsen, seperti Honda, masih mempertahankan beberapa model di lini produk mereka. Meskipun harganya relatif lebih terjangkau dibandingkan motor matic dengan kapasitas mesin yang setara, model-model ini lebih ditujukan untuk konsumen setia dan segmen tertentu. Beberapa model bahkan hadir dengan desain klasik yang menyasar para penggemar dan kolektor, meskipun dengan harga yang lebih tinggi.

Lalu, apa yang bisa kita simpulkan dari fenomena ini? Pertama, pasar motor terus berubah seiring dengan tren dan kebutuhan konsumen. Kedua, motor matic telah berhasil mengisi celah yang ditinggalkan oleh motor bebek, menawarkan kemudahan dan kepraktisan yang lebih sesuai dengan gaya hidup modern. Dan yang terakhir, meskipun pangsa pasarnya sangat kecil, motor bebek masih memiliki tempat di hati sebagian konsumen, terutama mereka yang menghargai nilai klasik dan keawetan.

Masa depan motor bebek mungkin tidak lagi gemilang seperti dulu. Namun, dengan model-model yang masih diproduksi, setidaknya mereka tetap menjadi bagian dari sejarah otomotif Indonesia dan tetap memiliki tempat di hati para penggemarnya. Sementara itu, motor matic akan terus menjadi raja jalanan, memimpin pasar dengan inovasi dan pilihan yang terus berkembang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini