Jakarta – Menggeber Harley-Davidson, motor gede (moge) ikonik, memang punya sensasi tersendiri. Tapi, jangan sampai euforia mengalahkan akal sehat. Bobot yang berat, dimensi besar, dan mesin bertenaga, menuntut pengendara punya skill khusus. Kalau tidak, bukan tidak mungkin moge justru jadi ‘musuh’ di jalanan.
Instruktur keselamatan berkendara, Joel Deksa Mastana, menekankan pentingnya tiga faktor utama untuk mengendalikan Harley-Davidson atau moge sejenis. Ketiga faktor ini kerap diabaikan, padahal jadi penentu keselamatan.
"Kuncinya ada pada mata, posisi badan, dan kontrol tenaga," ujar Joel. Ketiga hal ini saling berkaitan dan tak bisa dipisahkan.
Fokuskan Mata, Arahkan Moge
Mata, kata Joel, adalah ‘kompas’ saat berkendara. Pandangan mata harus selalu tertuju ke arah yang ingin dituju. Jangan melirik ke lain hal, apalagi melihat ke bawah. Dengan mata yang fokus, motor akan secara otomatis mengikuti arah pandang. "Jika mata sudah benar, motor akan ikut diarahkan," jelasnya.
Postur Tubuh, Jangan Kaku!
Selain pandangan mata, posisi berkendara juga krusial. Jangan sampai tangan tegang dan lurus saat memegang setang. Kondisi ini justru akan membuat manuver motor jadi sulit dan kaku. "Tangan harus rileks, agar fleksibel saat harus membelokkan motor," imbuh Joel.
Kenali Tenaga Moge, Rasakan Bukan Digas Poll
Ini dia yang sering dilupakan pengendara moge. Jangan hanya mengandalkan gas secara instan. Pelajari karakter tenaga motor dengan cermat. Coba masukkan gigi satu dan lepas kopling perlahan. Rasakan bagaimana motor ‘rolling’ tanpa harus menggeber gas.
"Kopling hanya digunakan saat oper gigi dan hal-hal yang diperlukan," kata Joel. Setelah itu, biarkan motor menggelinding dan rasakan tenaganya. Dengan begitu, pengendara bisa mengukur seberapa besar tenaga yang dibutuhkan tanpa harus membuka gas terlalu dalam.
Ingat, mengendarai moge bukan soal siapa yang paling ‘jago’. Tapi soal bagaimana kita terlatih dan menguasai kendaraan. Dengan latihan yang benar dan kesadaran penuh, keselamatan di jalan raya bisa terjamin. Jangan sampai moge yang keren justru menjadi malapetaka.