Jakarta – Pasar motor Indonesia di tahun 2024 menunjukkan dinamika yang menarik. Data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mengungkapkan bahwa total penjualan motor mencapai 6.333.310 unit, sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat 6.236.992 unit. Namun, di balik angka total ini, terdapat pergeseran preferensi konsumen yang cukup signifikan.
Skuter matik (matic) masih menjadi raja jalanan dengan dominasi yang tak terbantahkan. Sebanyak 5,7 juta unit motor matic berhasil terjual, mencengkeram 90,39% pangsa pasar. Angka ini mempertegas bahwa kepraktisan dan kemudahan berkendara yang ditawarkan matic sangat diminati konsumen di berbagai kalangan. Kemudahan tanpa repot oper gigi, menjadi daya tarik utama, terutama di perkotaan yang padat.
Di sisi lain, motor bebek terus mengalami penurunan popularitas. Kontribusinya terhadap total penjualan sangat kecil, hanya sekitar 4,21%, atau sekitar 266 ribu unit. Fenomena ini bukan hal baru, tren penurunan bebek telah berlangsung sejak 2013, semakin tergerus oleh kehadiran matic yang praktis.
Menariknya, motor sport juga bernasib kurang lebih sama. Penjualannya hanya mencatatkan angka 341 ribu unit, atau sekitar 5,4% dari total penjualan. Meski demikian, perlu dicatat bahwa segmen sport memiliki penggemarnya sendiri, terutama bagi mereka yang mengutamakan performa dan gaya berkendara yang agresif.
Perbandingan Pasar Domestik dan Ekspor
Pergeseran tren ini tidak hanya terjadi di pasar domestik, tetapi juga terlihat dalam data ekspor. Meski matic masih menjadi kontributor terbesar dalam ekspor dengan 286 ribu unit, persentase kontribusinya ternyata tak semutlak di pasar domestik. Matic menyumbang 24,58% dari total ekspor. Motor sport justru memberikan kontribusi ekspor yang cukup signifikan dengan 24,45% dari total ekspor. Sedangkan, motor bebek, seperti di pasar domestik, juga tak begitu banyak peminatnya di pasar ekspor.
Kepraktisan Matic Menjadi Faktor Penentu
Popularitas motor matic yang terus meroket memang tak bisa dipungkiri. Kemudahan berkendara, tanpa perlu repot mengganti gigi, menjadi faktor penentu bagi konsumen. Fitur ini sangat membantu, terutama di jalanan perkotaan yang sering macet. Pengendara hanya perlu mengandalkan gas dan rem, tanpa perlu memikirkan kopling atau perpindahan gigi.
Penjualan motor di tahun 2024 ini menunjukkan bahwa preferensi konsumen semakin condong pada kepraktisan dan kemudahan berkendara. Hal ini menjadi tantangan bagi para produsen motor, khususnya yang masih mengandalkan model bebek, untuk berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan selera pasar. Apakah motor bebek akan terus tergerus, ataukah akan ada inovasi yang dapat membangkitkan kembali minat konsumen? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.