Jakarta – Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih menjadi momok yang menakutkan. Tak jarang, insiden tragis di jalan raya merenggut nyawa dan meninggalkan luka mendalam. Namun, harapan untuk menekan angka kecelakaan bukan isapan jempol belaka. Indonesia bisa mencontoh kesuksesan Jepang yang berhasil mengubah wajah jalan rayanya menjadi lebih aman.

Jepang, yang dulunya juga bergulat dengan tingginya angka kecelakaan, berhasil membuktikan bahwa perubahan signifikan itu mungkin. Pada era 1970-an, negeri sakura ini mengalami masalah yang sama dengan Indonesia saat ini. Namun, melalui pendidikan yang efektif dan berkelanjutan, Jepang berhasil membangun budaya keselamatan berlalu lintas yang kuat.

Djoko Setijowarno, seorang akademisi dan pemerhati transportasi, mengungkapkan bahwa pada tahun 1970, lebih dari 16 ribu nyawa melayang di jalan raya Jepang. Namun, dengan upaya keras pemerintah dan masyarakat, angka tersebut terus menurun. Pada tahun 2003, jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas turun drastis hingga 50,34 persen, menjadi hanya sekitar 8.600 jiwa.

Keberhasilan Jepang tidak berhenti di situ. Kampanye keselamatan lalu lintas terus digalakkan, dan pada tahun 2009, jumlah kematian di jalan raya sudah di bawah 5.000 jiwa. Bahkan, di tahun 2023, dengan jumlah kendaraan yang jauh lebih banyak dibandingkan tahun 1970-an, angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas hanya mencapai sekitar 2.600 jiwa.

Rahasia kesuksesan Jepang terletak pada pendidikan keselamatan lalu lintas yang menyeluruh. Pendidikan ini tidak hanya menyasar pesepeda atau lansia, tetapi semua lapisan masyarakat. Kesadaran akan pentingnya keselamatan berlalu lintas ditanamkan sejak dini, sehingga menjadi bagian dari budaya sehari-hari.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Djoko meyakini bahwa Indonesia belum terlambat untuk mengikuti jejak Jepang. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan memasukkan pendidikan keselamatan berlalu lintas ke dalam kurikulum pendidikan nasional.

"Kurikulum ini sangat penting untuk membangun kesadaran dan etika berlalu lintas sejak dini. Dengan begitu, generasi muda akan lebih menghargai keselamatan di jalan," kata Djoko.

Kurikulum keselamatan lalu lintas tidak hanya memberikan pemahaman tentang aturan dan rambu lalu lintas. Lebih dari itu, kurikulum ini bertujuan untuk membentuk generasi pengendara yang disiplin dan bertanggung jawab. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas dan menciptakan budaya tertib berlalu lintas di masa depan.

Beberapa poin penting yang harus ada dalam kurikulum ini antara lain: pemahaman arti rambu-rambu lalu lintas, cara berkendara yang baik dan aman, serta pemahaman mengenai risiko dan konsekuensi kecelakaan lalu lintas. Diharapkan, kurikulum ini dapat mencegah pelajar menjadi korban sekaligus pelaku dalam kecelakaan lalu lintas.

Dengan mengadopsi pendekatan yang komprehensif seperti yang dilakukan Jepang, Indonesia memiliki peluang besar untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas. Pendidikan keselamatan berlalu lintas adalah investasi jangka panjang yang akan menyelamatkan banyak nyawa dan menciptakan jalan raya yang lebih aman bagi semua orang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini