Jakarta – Produsen baterai kendaraan listrik (EV) raksasa asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL), kini menghadapi gelombang baru dalam persaingan global. Perusahaan yang baterainya banyak digunakan di mobil listrik populer, termasuk Tesla, itu resmi masuk daftar hitam Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) karena dicurigai memiliki hubungan dengan militer China.

Langkah ini bukan hanya sekadar pukulan bagi CATL, tapi juga alarm bagi industri otomotif global. Pasalnya, CATL bukan pemain kecil. Mereka adalah salah satu pemasok baterai EV terbesar di dunia, dengan klien mulai dari Tesla hingga Ford. Masuknya CATL dalam daftar hitam AS, yang juga mencakup perusahaan teknologi besar China lainnya seperti Tencent, tentu menimbulkan pertanyaan besar tentang keamanan data dan implikasi geopolitik dalam industri yang sedang berkembang pesat ini.

Dampak Langsung dan Potensi Hukum

Pengumuman daftar hitam ini langsung mengguncang pasar. Saham CATL anjlok 2,8% dan memangkas nilai pasar hingga USD 4,4 miliar (setara Rp 71,3 triliun). Perusahaan pun tak tinggal diam. Mereka membantah keras tuduhan memiliki hubungan dengan militer dan berencana mengambil langkah hukum untuk melawan keputusan AS.

Juru bicara CATL menegaskan bahwa perusahaan mereka "tidak pernah terlibat dalam bisnis atau aktivitas yang berhubungan dengan militer." Mereka juga berdalih bahwa masuknya perusahaan dalam daftar hitam tidak akan menghalangi mereka untuk berbisnis dengan entitas lain. Meski begitu, sentimen negatif di pasar tentu tidak bisa diabaikan.

Ancaman Data di Balik Baterai EV

Di balik perselisihan hukum dan kerugian finansial, ada satu isu yang lebih besar, yaitu soal keamanan data. Craig Singleton, peneliti senior China di Foundation for the Defense of Democracies, mengungkapkan kekhawatiran tentang bagaimana CATL mengelola data yang dikumpulkan oleh stasiun pengisian daya dan sistem manajemen baterai. Ia menyoroti bahwa hukum China mengharuskan perusahaan seperti CATL untuk memberikan akses kepada pemerintah atas semua data kepemilikan dan data pelanggan.

Hal ini memunculkan ketakutan bahwa data sensitif yang dikumpulkan dari mobil listrik yang menggunakan baterai CATL berpotensi diakses oleh pemerintah China. Data ini bisa mencakup informasi lokasi, pola penggunaan, dan bahkan data pribadi pengemudi. Bagi AS, potensi ini merupakan ancaman keamanan nasional.

Implikasi Global dan Ketergantungan Industri

Kasus CATL menyoroti betapa kompleksnya rantai pasok global untuk kendaraan listrik. Banyak produsen mobil ternama dunia kini sangat bergantung pada baterai yang diproduksi oleh perusahaan China seperti CATL. Bahkan, Ford telah melisensikan teknologi baterai CATL untuk pabrik mereka di Michigan.

Situasi ini memunculkan dilema bagi industri otomotif. Di satu sisi, mereka membutuhkan baterai berkualitas tinggi dengan harga kompetitif untuk bersaing di pasar. Di sisi lain, mereka juga harus mempertimbangkan risiko geopolitik dan potensi ancaman keamanan data.

Perbandingan dengan Xiaomi dan Upaya Balas Dendam China

Sebelumnya, perusahaan teknologi China, Xiaomi, juga pernah masuk daftar hitam serupa pada tahun 2021, tetapi berhasil menggugat Pentagon dan dihapus dari daftar tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pertarungan hukum dalam kasus ini akan sangat kompleks dan berpotensi memakan waktu.

Pencantuman CATL dalam daftar hitam juga terjadi tidak lama setelah Kementerian Perdagangan China menambahkan 10 perusahaan AS ke dalam "daftar entitas tidak dapat diandalkan". Ini adalah indikasi bahwa persaingan antara AS dan China dalam bidang teknologi terus memanas, dengan dampak yang signifikan bagi industri global.

Kesimpulan

Kasus CATL bukan hanya tentang satu perusahaan atau satu jenis produk. Ini adalah gambaran nyata dari bagaimana persaingan geopolitik dapat memengaruhi rantai pasok global dan teknologi yang semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Keputusan AS untuk memasukkan CATL dalam daftar hitam juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keamanan data, terutama dalam era konektivitas dan mobilitas listrik. Industri otomotif dan konsumen di seluruh dunia harus memantau perkembangan kasus ini dengan cermat, karena dampaknya bisa sangat luas dan signifikan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini