Jakarta – Ban adalah satu-satunya bagian mobil yang bersentuhan langsung dengan jalan. Perannya sangat krusial dalam menopang seluruh beban kendaraan, menjaga traksi, dan meredam guncangan. Sayangnya, seringkali kita abai pada satu aspek penting terkait ban, yaitu tekanan angin. Padahal, tekanan angin yang tepat bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga keselamatan berkendara.
Pabrikan mobil umumnya sudah memberikan rekomendasi tekanan angin yang ideal untuk setiap model kendaraan. Informasi ini biasanya tertera pada stiker di pilar pintu pengemudi. Namun, banyak pengendara yang masih bingung atau bahkan mengabaikannya. Apa akibatnya jika tekanan angin ban tidak sesuai rekomendasi?
Kurang Angin, Risiko Mengintai
Ban yang kekurangan tekanan angin seringkali dianggap lebih nyaman karena terasa lebih empuk saat melewati jalan berlubang atau tidak rata. Namun, di balik kenyamanan semu itu, ada bahaya besar yang mengintai. Kurangnya tekanan angin akan membuat bidang tapak ban yang bersentuhan dengan aspal semakin luas, meningkatkan gesekan, dan menghasilkan panas berlebih.
Panas ini dapat menyebabkan dinding ban menjadi lelah (fatigue) akibat pergerakan elastis yang terus-menerus. Lebih parah lagi, bagian dinding ban yang bergesekan dengan bibir velg juga akan mengalami tekanan berlebih dan memicu timbulnya panas yang tinggi. Dalam kondisi ini, risiko ban pecah di jalan akan meningkat secara signifikan, terutama saat mobil melaju dalam kecepatan tinggi.
Terlalu Banyak Angin, Kenyamanan Berkurang
Lantas, bagaimana jika tekanan angin terlalu tinggi? Memang, ban yang lebih keras akan membuat kemudi terasa lebih ringan dan konsumsi bahan bakar sedikit lebih irit. Ini karena bidang tapak ban yang bersentuhan dengan aspal menjadi lebih kecil, mengurangi gesekan. Namun, ada konsekuensi yang perlu diperhatikan.
Tekanan angin yang berlebihan akan membuat dinding ban menjadi tegang. Akibatnya, ban tidak mampu meredam guncangan dengan optimal, membuat suspensi bekerja lebih keras, dan membuat kabin terasa lebih bergetar. Selain itu, traksi ban dengan aspal juga berkurang karena area kontak yang lebih sedikit. Hal ini dapat mengurangi stabilitas dan kontrol kendaraan, terutama saat bermanuver atau melintasi jalan yang licin.
Idealnya Bagaimana?
Jadi, bagaimana cara menentukan tekanan angin yang ideal? Jawabannya sederhana, ikuti rekomendasi pabrikan. Angka yang tertera pada stiker di pilar pintu pengemudi adalah patokan terbaik. Namun, kita juga bisa menyesuaikannya sedikit sesuai dengan kondisi penggunaan.
Misalnya, saat mobil membawa muatan penuh atau melakukan perjalanan jauh, tekanan angin bisa dinaikkan sedikit, maksimal 10% dari rekomendasi pabrikan. Tujuannya adalah untuk menjaga dinding ban tidak terlalu lelah dan menghindari risiko pecah ban. Sebaliknya, jangan pernah mengurangi tekanan angin di bawah rekomendasi pabrikan demi mendapatkan kenyamanan semu.
Perawatan Rutin Itu Penting
Pengecekan tekanan angin ban sebaiknya dilakukan secara rutin, setidaknya setiap 1-2 bulan sekali. Suhu lingkungan juga dapat mempengaruhi tekanan angin. Di daerah pegunungan atau saat cuaca dingin, tekanan ban bisa menyusut. Oleh karena itu, kita perlu melakukan pengecekan dan penambahan angin secara berkala.
Mengisi angin sendiri bukan lagi hal yang sulit. Pompa elektrik untuk mobil kini banyak tersedia di pasaran. Selain itu, SPBU juga menyediakan fasilitas pengisian angin gratis yang bisa kita manfaatkan. Pastikan saat melakukan pengecekan, ban dalam kondisi dingin agar pengukuran lebih akurat.
Dengan menjaga tekanan angin ban dalam kondisi yang tepat, kita bukan hanya meningkatkan kenyamanan berkendara, tapi juga memastikan keselamatan diri dan keluarga serta memperpanjang umur pakai ban. Jangan lagi abaikan aspek sederhana ini, karena dampaknya sangat besar bagi keselamatan dan kenyamanan kita di jalan.