Di tengah dominasi Honda di pasar sepeda motor Indonesia, ternyata ada beberapa model yang kurang diminati konsumen. Penjualan yang lesu ini membuat harga bekasnya pun cenderung lebih rendah dibandingkan model sejenis lainnya. Meski Honda dikenal sebagai pemimpin pasar roda dua, beberapa produknya justru kurang berhasil mencuri hati masyarakat. Berikut adalah beberapa motor Honda yang kurang laku di Indonesia, dengan analisis dari berbagai sisi.
Honda Kirana: Transisi yang Terganjal Desain
Honda Kirana, hadir di awal era peralihan dari motor bebek 100cc ke 125cc, seharusnya menjadi pionir. Namun, kehadirannya di tahun 2002 hingga 2004 justru kurang memuaskan. Dibekali mesin 124,9cc yang cukup bertenaga, kenyamanan berkendara yang baik, dan bahkan mesin yang didatangkan langsung dari Thailand (Dream 125), Kirana tetap gagal bersaing. Desain yang dianggap kurang sporty, kalah jauh dengan Supra X yang lebih menukik, dan sistem pengereman tromol menjadi penyebab utama kegagalannya. Kirana pun harus pensiun dini dan digantikan oleh Honda Karisma D 125.
Honda Karisma: Senasib dengan Kirana
Meski hadir dengan desain yang lebih diterima, nasib Honda Karisma dan Karisma X juga tidak jauh berbeda dengan Kirana. Hanya bertahan sekitar tiga tahun saja, keduanya kurang mampu mencuri hati konsumen. Persaingan yang ketat dan munculnya model-model baru diduga menjadi faktor yang membuat keduanya kurang diminati.
Supra XX, Supra V, dan Supra Y: Bebek Kopling Manual yang Nanggung
Honda pernah mencoba menghadirkan bebek dengan kopling manual melalui varian Supra XX, Supra V, dan Supra Y. Namun, ketiganya juga kurang sukses di pasaran. Mesin 100cc yang diusung dianggap kurang bertenaga, sementara penggunaan kopling manual dianggap mengurangi kepraktisan motor bebek. Konsumen saat itu lebih mengasosiasikan kopling manual dengan motor sport atau bebek 2-tak performa tinggi. Perbedaan antara Supra XX dan Supra Y hanya pada sistem pengereman, dimana Supra XX sudah menggunakan rem cakram.
Honda Blade 125: Sporty Tapi Kurang Performa
Honda Blade 125, hadir dengan desain yang lebih sporty dan macho dibandingkan Supra X 125, juga bernasib kurang beruntung. Meski dibekali spesifikasi yang sama dengan Supra X 125, Blade 125 justru kurang diminati. Performa mesin yang lebih responsif di putaran bawah namun lambat di putaran atas menjadi salah satu alasan. Selain itu, sistem speedometer yang masih menggunakan kabel juga dianggap ketinggalan zaman. Pada akhirnya, Honda menghentikan penjualan Blade 125 pada tahun 2019.
Honda New Vario 110 eSP: Skutik Elegan yang Kurang Diperhatikan
Honda New Vario 110 eSP, generasi ketiga dari seri Vario 110, juga kurang berhasil mencuri hati konsumen. Mengusung mesin 110cc berpendingin udara seperti Beat, model ini justru dianggap sebagai downgrade dari generasi sebelumnya yang menggunakan pendingin radiator. Meski didesain dengan bodi yang lebih ramping dan elegan, Vario 110 FI kurang mampu bersaing dengan model skutik lain yang lebih sporty dan bertenaga. AHM pun menghentikan produksi Vario 110 FI pada tahun 2020.
Kesimpulan:
Kegagalan beberapa model Honda di pasar Indonesia menunjukkan bahwa tidak hanya kualitas yang menentukan keberhasilan suatu produk. Desain, performa, fitur, dan persepsi konsumen juga memainkan peran penting. Meski beberapa model di atas kurang laku, pemiliknya bisa merasa "eksklusif" karena populasinya yang sedikit. Selain itu, suku cadang model-model tersebut relatif mudah didapatkan karena banyak kesamaan dengan model Honda lainnya.