Jakarta – Di tengah gempuran mobil-mobil modern dengan transmisi canggih, Isuzu Panther matic generasi kapsul dan Touring justru mulai dilirik. Bukan tanpa alasan, MPV diesel yang sempat terpinggirkan ini menyimpan sejumlah keunggulan yang tak banyak diketahui publik. Padahal, dulu, varian matic Panther sempat dianggap sebelah mata karena stigma boros dan perawatannya rumit.
Dulu Dihindari, Kini Dicari
Memang, populasi Panther matic tak sebanyak versi manualnya yang melegenda. Alasan klasik, masyarakat Indonesia kala itu masih skeptis dengan transmisi otomatis yang dianggap merepotkan. Apalagi, mayoritas pengguna Panther lebih banyak di daerah yang lalu lintasnya tidak padat. Namun, zaman berubah, dan kini mobil matic lebih dicari karena kepraktisannya, terutama di perkotaan.
Fenomena ini membuat Panther matic kembali naik daun. Terlebih, MPV ini dikenal bandel dan punya beberapa keunggulan yang tak dimiliki kompetitor di kelasnya. Harga bekasnya yang mulai dari Rp80 jutaan untuk keluaran 2001, hingga Rp150 jutaan untuk Panther Touring matic tahun 2005, menjadi daya tarik tersendiri. Selisih harga dengan Kijang Innova diesel yang seangkatan bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Transmisi Konvensional yang Andal
Salah satu kelebihan Panther matic adalah penggunaan transmisi otomatis konvensional 4-percepatan dengan torque converter. Transmisi Aisin AW03-72 ini terkenal bandel dan mudah perawatannya. Bahkan, transmisi ini juga dipakai di beberapa mobil lain seperti Suzuki APV, Toyota Kijang Kapsul, Suzuki Vitara, Mitsubishi Kuda, hingga Volvo 960.
Ketersediaan spare part yang melimpah dan banyaknya bengkel spesialis transmisi matic juga menjadi nilai tambah. Perawatan rutin pun terbilang mudah, cukup dengan penggantian oli transmisi setiap 20.000 km dan pembersihan filter oli. Overhaul transmisi umumnya baru dibutuhkan setelah usia mobil 15 tahun atau menempuh jarak di atas 150.000 km.
Sistem perpindahan gigi otomatisnya juga terbilang presisi meski masih mengandalkan teknologi sederhana. Tuas transmisi dengan pilihan P, R, N, D, 2, dan L, memungkinkan pengemudi menyesuaikan dengan kondisi jalan. Ada pula fitur OD/OFF untuk membantu saat menyalip atau melahap tanjakan panjang.
Mesin Diesel Tangguh, Irit Bahan Bakar
Soal performa, Panther matic menggendong mesin diesel 4JA-1L berkapasitas 2.500 cc, yang juga dipakai pada versi manual. Mesin ini menghasilkan tenaga 80 Ps pada 3.500 RPM dan torsi 191,5 Nm pada 1.800 rpm. Yang menarik, konsumsi bahan bakarnya terbilang irit, bahkan bisa menyamai versi manual yang bisa mencapai 12 km per liter solar.
Panther matic juga tak rewel soal kualitas bahan bakar. Mesinnya masih ramah dengan Bio Solar yang memiliki angka cetane 48. Bahkan, Dexlite dengan cetane number 51 pun aman digunakan.
Tips Oprek Ringan untuk Performa Lebih Baik
Meskipun nyaman, perpindahan gigi otomatis pada Panther matic terkadang dirasa lambat. Ini karena sistemnya masih OBD 1 yang membaca input dari sensor TPS. Namun, hal ini bisa diatasi dengan sedikit "oprek" pada bagian TPS.
Dengan menurunkan settingan TPS, perpindahan gigi bisa menjadi lebih responsif. Selain itu, penggantian rotor head pada bosch pump dengan ukuran yang lebih besar juga bisa meningkatkan performa tarikan mesin.
Kesimpulan
Isuzu Panther matic, si "kucing hitam" yang sempat terlupakan, kini kembali menarik perhatian. Dengan harga yang terjangkau, transmisi yang bandel, mesin yang irit, dan ketersediaan spare part yang mudah, Panther matic layak menjadi pilihan menarik bagi mereka yang mencari MPV diesel matic yang handal dan praktis. Tentu saja, dengan sedikit sentuhan oprek ringan, performa mobil ini bisa lebih maksimal.