Di antara hiruk pikuk mobil niaga era 80-an, nama Mitsubishi Jetstar mungkin tak sepopuler Suzuki Carry atau Daihatsu Hijet. Namun, siapa sangka minibus berdesain kotak ini menyimpan kisah unik dan performa yang patut diacungi jempol? Jetstar, si "anak hilang" hasil kolaborasi Mitsubishi dan Daihatsu, ternyata punya tempat istimewa di hati para penggemar otomotif, khususnya di daerah pegunungan.
Jetstar lahir pada tahun 1986 sebagai buah kerja sama antara Mitsubishi dan Daihatsu. Nama Jetstar sendiri konon merupakan gabungan dari "Hijet" (Daihatsu Hijet) dan "Star" (logo tiga berlian Mitsubishi). Mobil ini hadir sebagai penerus Mitsubishi L100, mengusung desain kotak khas Hijet 1000 yang minimalis namun terkesan manis.
Meski tak sepopuler saudaranya, Jetstar memiliki keunggulan tersendiri. Mobil ini dikenal tangguh melahap tanjakan dan irit bahan bakar, menjadikannya primadona di daerah pegunungan seperti Malang, Temanggung, dan Parakan. Bahkan, Jetstar juga sempat menjadi andalan sebagai angkutan kota di beberapa daerah.
Soal dapur pacu, Jetstar mengadopsi mesin Daihatsu berkode CB23, berkapasitas 1.000 cc 3 silinder. Meski sama dengan Hijet, Mitsubishi melakukan sedikit sentuhan agar mesin ini lebih bertenaga. Dengan filter udara yang lebih besar, Jetstar mampu menghasilkan tenaga 52 PS dan torsi 75 Nm.
Jetstar hadir dalam dua varian utama: minibus dan pikap. Varian minibusnya sendiri memiliki beberapa trim, antara lain Jetstar Royal dan Jetstar Diplomat. Jetstar Royal hadir dengan interior yang lebih mewah, dilengkapi sliding door, AC Denso, tape Panasonic, hingga kursi tengah yang bisa diputar. Sementara itu, Jetstar Diplomat hadir sebagai versi standar dengan fitur yang lebih minim.
Di sisi lain, varian pikap Jetstar justru banyak dilirik oleh para penggemar drifting. Bobotnya yang ringan dipadukan dengan torsi besar khas Jetstar membuatnya lincah melakukan aksi ngepot di aspal.
Sayangnya, kiprah Mitsubishi Jetstar tidak berlangsung lama. Mobil ini berhenti diproduksi pada tahun 1989, hanya bertahan selama tiga tahun saja. Salah satu alasan yang santer terdengar adalah karena pamor Hijet yang lebih tinggi, membuat Mitsubishi seperti "mengakui" bahwa produk mereka hanyalah rebranding dari merek lain. Selain itu, mesin 3 silinder yang digunakan juga dianggap kalah performa dibandingkan mesin 4 silinder pada Suzuki Carry.
Meskipun demikian, Mitsubishi Jetstar tetap meninggalkan kesan mendalam bagi para penggemarnya. Kelebihannya dalam melibas tanjakan, konsumsi bahan bakar yang irit, dan fitur-fitur yang tergolong lengkap pada masanya menjadi nilai lebih yang sulit dilupakan. Jetstar adalah bukti bahwa mobil dengan desain sederhana pun bisa tampil perkasa di medan yang menantang. Warisannya masih terasa hingga kini, menjadi bagian dari sejarah otomotif Indonesia yang patut dikenang.