Kiprah Toyota Kijang di Indonesia tak bisa dilepaskan dari predikat mobil sejuta umat. Perjalanan panjangnya melewati berbagai generasi, namun ada satu era yang menjadi titik balik transformasi Kijang dari kendaraan niaga menjadi primadona keluarga, yaitu generasi ketiga. Era ini ditandai dengan kehadiran Kijang Super dan penerusnya, Kijang Grand Extra, yang mengukuhkan posisinya sebagai raja jalanan Tanah Air.
Evolusi Desain dan Teknologi:
Kijang generasi ketiga memulai debutnya dengan model Kijang Super pada tahun 1986. Desain kotak yang menjadi ciri khas Kijang tetap dipertahankan, namun dengan sentuhan yang lebih modern. Puncak evolusinya terjadi pada tahun 1992 dengan hadirnya Kijang Grand Extra, yang merupakan versi facelift dari Kijang Super.
Grand Extra hadir dengan beberapa penyegaran yang cukup signifikan. Lampu depan berbentuk kotak berukuran lebih besar, grill horizontal dengan logo Toyota, dan penggunaan velg cast wheel atau velg kaleng dengan dop membuat tampilannya lebih segar dan dinamis. Interiornya pun tak luput dari pembenahan, dengan desain dashboard ala sedan yang menyatu antara konsol meter dan konsol tengah, serta didominasi warna abu-abu. Yang paling signifikan adalah hadirnya fitur power steering, yang menjadi teknologi baru pada masanya.
Perbedaan Antara Kijang Super dan Grand Extra:
Selain dari sisi tampilan, perbedaan mendasar antara Kijang Super dan Grand Extra terletak pada detail eksterior dan interior. Kijang Super, yang beredar dari tahun 1986 hingga 1992, masih mempertahankan desain yang lebih sederhana. Sementara Kijang Grand Extra, yang hadir dari tahun 1992 hingga 1996, tampil lebih modern dengan sentuhan facelift yang signifikan.
Varian dan Fitur:
Kijang Grand Extra hadir dalam berbagai varian, mulai dari short chassis (KF42) hingga long chassis (KF52). Varian short chassis terdiri dari SX, SSX, dan SGX, sedangkan long chassis tersedia dalam varian LX, LSX, dan LGX. Perbedaan varian ini juga memengaruhi fitur dan spesifikasi yang ditawarkan.
Varian termurah, SX dan LX, masih menggunakan transmisi 4 percepatan, dashboard model lama, dan rem teromol. Sementara varian menengah, SSX dan LSX, sudah dilengkapi transmisi 5 percepatan, rem depan cakram, power steering, dan tachometer. Varian teratas, SGX dan LGX, menawarkan fitur yang paling lengkap, seperti tachometer, AC double blower, power window, dan audio merek Alpine.
Mesin dan Performa:
Awalnya, Kijang Grand Extra hanya tersedia dalam pilihan mesin 1.500 cc (5K) yang menghasilkan tenaga 72 Hp dan torsi 119 Nm. Namun, pada Agustus 1995, Toyota meluncurkan varian mesin 1.800 cc (7K) untuk menjawab keluhan konsumen terkait performa dan efisiensi bahan bakar. Mesin 1.800 cc ini mampu menghasilkan tenaga 80 Hp dan torsi 140 Nm, memberikan peningkatan signifikan dalam hal performa.
Kijang Generasi Ketiga: Lebih dari Sekadar Transportasi:
Generasi ketiga Kijang bukan hanya sekadar menghadirkan kendaraan keluarga, tetapi juga sebuah evolusi dalam desain, teknologi, dan fitur. Peningkatan kenyamanan, aerodinamika yang lebih baik, serta distribusi bobot yang lebih merata, menunjukkan komitmen Toyota untuk terus berinovasi.
Durabilitas dan Kemudahan Perawatan:
Salah satu faktor yang membuat Kijang generasi ketiga tetap eksis hingga saat ini adalah durabilitasnya. Mobil ini dikenal "bandel" dan mudah dirawat. Ketersediaan suku cadang yang melimpah, mulai dari yang asli hingga KW, serta teknologi mesin yang sederhana, memudahkan pemiliknya dalam melakukan perawatan. Bahkan, mesin Toyota seri K sering menjadi bahan praktik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Otomotif.
Kesimpulan:
Toyota Kijang generasi ketiga bukan sekadar mobil keluarga biasa. Ia adalah simbol dari transformasi dan inovasi. Dari kendaraan niaga menjadi mobil keluarga yang dicintai, Kijang telah membuktikan diri sebagai legenda otomotif Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Kehadirannya tidak hanya menjadi bagian dari sejarah otomotif, tetapi juga bagian dari kenangan dan pengalaman keluarga Indonesia dari generasi ke generasi.