Jakarta – Toyota Kijang, sebuah nama yang tak lekang oleh waktu di jagat otomotif Indonesia. Lebih dari sekadar mobil, Kijang adalah representasi perjalanan panjang industri otomotif nasional, adaptasi terhadap kebutuhan masyarakat, dan inovasi yang berkelanjutan. Dari awalnya sebagai kendaraan niaga sederhana, Kijang bertransformasi menjadi MPV (Multi Purpose Vehicle) yang dicintai keluarga Indonesia.
Kisah Kijang berawal dari tahun 1977, di mana pemerintah menggagas Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS) yang terjangkau. Lahirlah Kijang, sebuah pikap sederhana yang kemudian mulai dilirik sebagai kendaraan keluarga. Karoseri-karoseri lokal pun dengan cepat beradaptasi, menciptakan body minibus yang lapang dan aman berkat bonnet atau hidung di bagian depan. Lahirlah ‘Kijang Buaya’, generasi pertama yang ikonik dengan pintu terpal dan kap mesin yang menganga bak mulut buaya.
Perkembangan Kijang terus berlanjut. Generasi kedua, ‘Kijang Doyok’ (1981), hadir dengan desain yang lebih halus dan mesin yang lebih bertenaga (1.5 liter). Perubahan ini tak lepas dari semakin banyaknya Kijang digunakan sebagai mobil keluarga. Sentuhan demi sentuhan terus dilakukan hingga munculnya ‘Kijang Super’ (1986-1996). Generasi ini menandai lompatan besar dalam proses produksi dengan teknologi full pressed body. Teknologi ini memungkinkan produksi bodi yang lebih presisi dan mengurangi penggunaan dempul secara signifikan. Bahkan, muncul varian sasis pendek (KF40) dan panjang (KF50) untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin beragam.
Kijang Super kemudian berevolusi menjadi Kijang Grand Extra (1992) dengan teknologi Toyota Original Body. Teknologi ini membuat Kijang menjadi minibus pertama dengan kualitas bodi setara sedan, bebas dari dempul. Mesin pun ditingkatkan dari 1.500 cc menjadi 1.800 cc, menandai perubahan signifikan dalam performa dan kenyamanan berkendara.
Memasuki era baru, muncullah ‘Kijang Kapsul’ (1997), dengan desain yang lebih aerodinamis dan modern. Generasi ini menjadi saksi masuknya varian diesel dan transmisi otomatis, sebuah inovasi yang membuat Kijang semakin diminati. Kijang Kapsul pun terus disempurnakan, hingga munculnya varian EFI (Electronic Fuel Injection) pada tahun 2000.
Pada tahun 2004, Kijang bertransformasi menjadi Toyota Kijang Innova, bergabung dalam proyek global IMV bersama Hilux dan Fortuner. Innova hadir dengan desain yang benar-benar baru, namun tetap mempertahankan DNA Kijang dengan sasis ladder yang kokoh. Innova pun dibekali teknologi-teknologi modern seperti mesin VVT-i, diesel common rail, hingga airbag dan multi information display.
Kisah Kijang terus berlanjut hingga generasi keenam (2015), yang hadir dengan pendekatan baru. Desainer Toyota, Hiroki Nakajima, berkeliling ke berbagai negara untuk memahami kebutuhan konsumen terhadap Kijang Innova. Hasilnya, lahirlah Kijang Innova yang lebih modern, stylish, dan tetap fungsional, sesuai dengan predikat barunya sebagai Multi-Performance Vehicle.
Perjalanan Kijang adalah kisah sukses adaptasi dan inovasi. Dari kendaraan niaga sederhana hingga MPV premium, Kijang membuktikan kemampuannya untuk terus relevan di tengah perubahan zaman. Tak heran, Kijang tetap menjadi salah satu mobil terlaris di Indonesia, sebuah legenda yang terus hidup dalam hati masyarakat.
Sebagai catatan, sejak Kijang naik kelas menjadi Innova, Toyota meluncurkan Avanza untuk mengisi segmen MPV yang lebih terjangkau. Avanza merupakan produk kolaborasi dengan Daihatsu yang dikenal dengan nama Xenia.