Merek mobil asal Prancis, Renault, dikenal memiliki citra premium di kancah global. Namun, di Indonesia, Renault justru menawarkan harga yang relatif terjangkau, bahkan bersaing dengan mobil-mobil Jepang. Meski demikian, sepak terjang Renault di pasar otomotif Indonesia justru redup dan nyaris tak terdengar lagi.

Strategi Harga Murah, Namun Kurang Diminati

Berbeda dengan merek Eropa lain yang identik dengan kemewahan, Renault mengambil jalur berbeda dengan membidik segmen pasar yang lebih luas. Beberapa model andalan seperti Kwid Climber, Triber, dan Kiger dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 200 jutaan hingga Rp 300 jutaan. Harga ini tergolong menarik, terutama bagi konsumen yang mencari mobil Eropa dengan budget terbatas.

Ketiga model tersebut didatangkan secara utuh (CBU) dari India, bukan rakitan Eropa. Strategi ini memungkinkan Renault menekan biaya produksi dan menawarkan harga yang lebih kompetitif. Kwid Climber mencoba peruntungan di segmen city car, Triber di segmen MPV murah, dan Kiger di segmen SUV kompak. Bahkan, Renault juga sempat menghadirkan mobil listrik seperti Megane E-Tech, Twizy, dan Zoe.

Sejarah Panjang, Namun Perjalanan Penuh Lika-Liku

Renault memiliki sejarah panjang di industri otomotif dunia, didirikan sejak tahun 1899. Aliansi Renault dengan Nissan pada tahun 1999 sempat menyelamatkan Renault dari kesulitan keuangan, meski hubungan keduanya tidak selalu berjalan mulus.

Di Indonesia, Renault pertama kali hadir pada tahun 2002 melalui kolaborasi dengan Indomobil Group. Namun, penjualan mereka tak pernah signifikan, bahkan sempat mencatatkan penjualan nol unit. Pada tahun 2019, Maxindo Group mengambil alih bisnis Renault dan mengubah strategi dengan fokus pada model-model yang lebih terjangkau. Sempat ada pergantian kepemilikan saham ke Prestige Motorcars yang juga mencoba memasarkan mobil listrik, namun tetap saja tidak mampu mengangkat popularitas merek ini di Indonesia.

Penjualan Mandek, Diler Berguguran

Sayangnya, usaha Renault di Indonesia tidak berjalan sesuai harapan. Data penjualan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa Renault terakhir kali mencatatkan penjualan pada Januari 2021. Upaya terakhir dengan menghadirkan kembali Koleos pada akhir 2021 pun tak membuahkan hasil. Mulai tahun 2023, nama Renault bahkan sudah tidak tercatat lagi dalam data Gaikindo.

Jaringan diler resmi Renault yang sempat terbentuk, kini mulai berguguran dan beralih ke merek lain. Hal ini semakin memperburuk citra Renault di mata konsumen Indonesia.

Kondisi Terkini yang Memprihatinkan

Akun media sosial Renault Indonesia terakhir kali aktif pada Mei 2024. Unggahan di media sosial tersebut tidak direspons, meskipun banyak warganet yang menanyakan keberadaan diler dan bengkel resmi. Upaya untuk menghubungi kontak resmi Renault juga tidak membuahkan hasil.

Kondisi ini menunjukkan bahwa Renault sedang mengalami masa-masa sulit di Indonesia. Meski menawarkan harga yang terjangkau, nyatanya hal tersebut belum cukup untuk membuat mereka bersaing di pasar otomotif yang sangat kompetitif.

Peluang di Pasar Mobil Bekas

Di tengah ketidakjelasan nasib Renault di Indonesia, pasar mobil bekas justru menawarkan secercah harapan. Beberapa model Renault bekas seperti Duster, Koleos, Kwid, dan Triber masih bisa ditemukan di situs jual beli mobil online. Harga mobil bekas Renault pun terbilang cukup murah, mulai dari Rp 90 jutaan. Hal ini bisa menjadi alternatif bagi konsumen yang ingin merasakan mobil Eropa dengan budget terbatas.

Namun, tentu saja, konsumen harus mempertimbangkan ketersediaan suku cadang dan layanan purna jual yang sangat terbatas untuk merek ini.

Kesimpulan

Renault Indonesia adalah contoh bagaimana harga terjangkau saja tidak cukup untuk menjamin kesuksesan di pasar otomotif. Strategi yang kurang tepat, persaingan yang ketat, dan manajemen yang kurang mumpuni, membuat merek ini kini berada di ujung tanduk. Pertanyaan besarnya, apakah Renault bisa bangkit kembali di Indonesia atau justru akan semakin tenggelam? Waktu yang akan menjawabnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini