Posisi setir kanan di Indonesia mungkin sudah menjadi hal lumrah bagi kita. Namun, tahukah Anda bahwa Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang masih setia dengan tradisi ini? Di tengah dominasi setir kiri yang digunakan oleh mayoritas negara, Indonesia justru menjadi bagian dari minoritas yang unik. Mengapa demikian? Mari kita telusuri lebih dalam.

Fenomena setir kanan ini ternyata bukan sekadar preferensi, melainkan jejak sejarah panjang yang melibatkan perubahan budaya, kebijakan pemerintah, dan pengaruh kolonialisme. Pembagian posisi mengemudi menjadi setir kiri (left-driving) dan setir kanan (right-driving) mencerminkan dinamika perkembangan peradaban manusia.

Sebagian besar negara di dunia, sekitar 65 persen atau 125 negara, menganut sistem right-driving dengan setir di kiri dan jalur lalu lintas di kanan. Sementara itu, Indonesia bersama 75 negara lainnya, termasuk negara bekas jajahan Inggris seperti Malaysia, India, Singapura, dan Australia, memilih setia pada left-driving dengan setir kanan dan jalur kiri.

Jejak Para Ksatria Berkuda hingga Kusir Kereta

Jauh sebelum mobil hadir, tradisi berkendara di jalur kiri telah mengakar sejak zaman para ksatria berkuda. Para ksatria yang mayoritas memegang pedang dengan tangan kanan dan bergerak di jalur kiri, memberikan keleluasaan manuver di atas kuda. Tradisi ini kemudian berkembang seiring dengan munculnya transportasi darat lainnya.

Di Inggris, pola jalur kiri juga diterapkan pada gerobak pertambangan dan kereta kuda. Para kusir kereta kuda cenderung memegang kendali dengan tangan kiri, membiarkan tangan kanannya bebas untuk keperluan lain. Aturan lalu lintas jalur kiri kemudian ditetapkan secara hukum di Inggris pada tahun 1756, dan terus dipertahankan hingga kini.

Kebiasaan ini kemudian dibawa oleh Inggris sebagai negara penjajah ke negara-negara koloninya, termasuk Indonesia. Selain itu, Inggris juga mendesain kereta kuda dengan posisi kusir di sebelah kanan, untuk menyesuaikan kebiasaan lajur kiri.

Pergeseran Ke Setir Kiri dan Peran Napoleon

Pergeseran ke sistem setir kiri atau right hand drive baru mulai populer setelah Revolusi Perancis. Napoleon Bonaparte, yang saat itu berkuasa, menerapkan sistem jalur kanan di Perancis dan menyebarkannya ke negara-negara yang ia taklukkan, termasuk Belanda.

Namun, menariknya, Belanda tidak menerapkan perubahan ini di wilayah jajahannya, termasuk Indonesia. Saat menjajah Indonesia, Belanda juga menganut sistem setir kanan dan tradisi ini terus dilestarikan hingga Indonesia merdeka.

Amerika Serikat juga turut serta dalam perubahan ini dengan mengadopsi sistem setir kiri di tahun 1700-an. Saat itu, kusir yang mengendalikan pedati dengan muatan besar akan duduk di kuda paling belakang sebelah kiri, sehingga dapat mendahului gerobak lain di jalur kiri dengan lebih mudah.

Indonesia: Warisan yang Tetap Bertahan

Meskipun Belanda beralih ke setir kiri, Indonesia tetap mempertahankan posisi setir kanan yang diwariskan. Bahkan, ketika Inggris sempat menduduki Indonesia selama lima tahun, tradisi ini tetap tidak berubah.

Ketika Jepang menduduki Indonesia, kendaraan yang masuk juga sudah berposisi setir kanan, sehingga semakin memperkuat tradisi ini. Setelah Perang Dunia II, mobil-mobil buatan Jepang yang lebih terjangkau membanjiri pasar Indonesia, dan semakin memantapkan posisi setir kanan di tanah air.

Jepang sendiri, sebagai negara di luar jajahan Inggris, mengadopsi setir kanan karena kerja sama mereka dengan Inggris dalam proyek pembangunan kereta api. Prototip kereta api dari Inggris saat itu menggunakan meja kendali di sisi kanan, yang kemudian menjadi referensi untuk sistem setir di Jepang, termasuk pada mobil.

Konvensi Internasional dan Standardisasi

Posisi berkendara ini kemudian distandardisasi melalui Konvensi Jenewa mengenai Lalu Lintas Jalan Raya PBB (1949). Setiap negara memiliki kebebasan untuk memilih arah lajur kiri atau kanan, tetapi tidak boleh keduanya. Hal ini memastikan adanya keseragaman dalam lalu lintas di suatu negara.

Di Indonesia, warisan kolonial ini terus bertahan dan menjadi ciri khas tersendiri. Meski berbeda dari mayoritas negara, sistem setir kanan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya berkendara di Indonesia. Perjalanan panjang di balik kemudi setir kanan ini, mengingatkan kita akan sejarah yang membentuk identitas kita hingga saat ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini