Jakarta – Mungkin banyak yang mengira Yamaha Aerox selalu identik dengan mesin 155cc. Padahal, sebelum kehadiran sang "kakak" yang lebih populer itu, ada Yamaha Aerox 125 LC yang sempat mewarnai pasar skutik Indonesia. Motor ini hadir dengan desain sporty dan performa yang cukup menjanjikan, namun kiprahnya memang tak bertahan lama.
Aerox 125 LC, yang diluncurkan pada Desember 2015 di Sirkuit Sentul, hadir sebagai penanda perayaan kemenangan Yamaha di ajang MotoGP kala itu. Nama "Aerox" sendiri memiliki arti yang cukup dalam: "Aero" yang berarti aerodinamis, "X" untuk menggambarkan performa dan pengendalian ekstrem, serta "LC" yang menandakan penggunaan pendingin cairan (Liquid Cooled).
Motor ini hadir dengan tiga karakter utama: racing style, top performance, dan agile maneuver. Semua aspek tersebut dikemas dalam sebuah skutik yang ringkas dan agresif. Aerox 125 LC dibekali mesin 4-tak 125cc berpendingin cairan yang diklaim mampu menghasilkan tenaga yang responsif. Teknologi MotoGP seperti Forged Piston dan DiASil Cylinder juga turut disematkan untuk memaksimalkan performa mesin.
Salah satu keunggulan Aerox 125 LC adalah mesinnya yang tidak mengadopsi teknologi Blue Core, berbeda dengan skutik Yamaha 125cc lain seperti Mio M3 atau Soul GT. Hal ini membuat performa Aerox 125 LC lebih unggul, dengan tenaga maksimal 8,4kW (11,2PS) pada 9000 rpm. Angka ini hanya berbeda tipis dengan Lexi 125 yang sudah dibekali teknologi VVA.
Dari segi desain, Aerox 125 LC tampil sporty dengan lampu depan LED yang menyerupai air duct YZR-M1, bodi belakang meruncing, serta hidden rear grab handle yang menambah kesan balap. Suspensi depan yang terpisah dari bodi juga menjadi ciri khas, sama seperti pada motor sport. Stang lebar tanpa cover memberikan handling yang lincah, sementara ban lebar menambah stabilitas saat berkendara.
Meski punya banyak keunggulan, kiprah Aerox 125 LC di pasar skutik Indonesia memang tergolong singkat. Salah satu penyebabnya adalah kapasitas mesin 125cc yang dianggap nanggung, sehingga konsumen lebih memilih skutik 155cc seperti NMax.
Selain itu, desain yang terlalu banyak sudut tajam juga menjadi salah satu alasan mengapa motor ini kurang diminati. Banyak yang menganggap desain Aerox 125 LC terlalu agresif, bahkan terkesan kurang proporsional. Ukuran bodinya pun kalah panjang dibandingkan Mio M3, padahal secara visual terlihat lebih bongsor.
Harga baru Aerox 125 LC saat peluncurannya, yakni Rp 18,2 juta (on the road Jakarta), juga dianggap terlalu mahal untuk sebuah skutik 125cc. Konsumen merasa lebih baik menambah sedikit budget untuk mendapatkan skutik 150cc seperti NMax yang saat itu dijual dengan harga sekitar Rp 24 jutaan.
Konsumsi bahan bakar Aerox 125 LC juga tergolong boros, hanya berkisar 43-45 km per liter. Hal ini tentu menjadi pertimbangan lain bagi konsumen yang mengutamakan efisiensi bahan bakar.
Namun demikian, Yamaha Aerox 125 LC tetap menjadi cikal bakal skutik sporty dari pabrikan garpu tala. Dengan desain serba lancip dan performa mesin yang mumpuni, motor ini memberikan sensasi berkendara yang berbeda. Bagi mereka yang mencari skutik 125cc dengan tenaga yang lumayan dan desain yang unik, Aerox 125 LC bisa menjadi pilihan yang menarik, apalagi dengan harga bekas yang kini lebih terjangkau.
Harga bekas Aerox 125 LC saat ini mulai dari Rp 7,3 juta untuk unit keluaran 2016. Sementara itu, versi dengan livery Yamaha Movistar MotoGP dijual mulai dari Rp 8 juta. Sebuah harga yang cukup menarik untuk sebuah skutik yang sempat terlupakan. Apakah Anda tertarik untuk menjajal kembali si gesit yang satu ini?