JAKARTA – Pertumbuhan industri otomotif yang pesat, sayangnya, tak selalu berbanding lurus dengan peningkatan kesadaran keselamatan berkendara. Di tengah kemajuan teknologi keselamatan kendaraan, angka kecelakaan justru terus melonjak, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Data Polda Metro Jaya bahkan mencatat peningkatan korban meninggal dunia akibat kecelakaan hingga 40%, didominasi oleh pengendara sepeda motor. Ironis, bukan?

Bukan semata-mata soal kemampuan mengemudi, melainkan mentalitas pengendara yang kerap menjadi akar masalah. Hal ini ditegaskan oleh pengamat keselamatan berkendara, Sony S. Prasetyo dari Safety Defensive Consultant Indonesia. Menurutnya, para pengendara sering kali kurang memahami dan menyadari risiko yang menyertai setiap perjalanan di jalan raya.

"Kampanye keselamatan memang sudah sering dilakukan, namun tampaknya belum cukup mengena," kata Sony. "Pihak kepolisian mungkin telah mengajarkan teknik mengemudi yang baik, tapi aspek mental yang benar-benar membentuk perilaku aman masih kerap terabaikan."

Kondisi ini mendorong lahirnya program Green Safety Driver, sebuah inisiatif yang berfokus pada pembentukan mentalitas berkendara yang baik melalui metode Defensive Driving. Program ini menekankan pada peningkatan kesadaran (awareness) pengendara, mengajak mereka untuk lebih peka terhadap potensi bahaya di sekitar, dan menghormati sesama pengguna jalan.

"Agresivitas pengendara yang semakin tinggi menjadi perhatian utama," jelas Sony. "Defensive Driving mengajarkan kita untuk tidak ceroboh, tidak terpancing emosi, dan selalu mengutamakan keselamatan, bukan hanya diri sendiri tapi juga orang lain."

Program ini menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa, kelompok usia yang dinilai paling rentan menjadi korban maupun pelaku kecelakaan. Data menunjukkan bahwa mayoritas korban kecelakaan lalu lintas berada di rentang usia 18-35 tahun. Oleh karena itu, menyasar kelompok ini sejak dini menjadi langkah preventif yang sangat strategis. Menariknya, program ini ditawarkan secara gratis untuk menjangkau sebanyak mungkin anak muda.

"Dengan menanamkan mentalitas berkendara yang baik sejak usia muda, kita berharap dapat menciptakan generasi pengemudi yang lebih bertanggung jawab dan berkeselamatan," ujar Sony.

Peningkatan skill mengemudi saja tidak cukup untuk mencegah kecelakaan. Aspek mental memegang peranan penting dalam menciptakan budaya berkendara yang aman. Kesadaran akan risiko, kemampuan mengendalikan diri, dan rasa hormat terhadap pengguna jalan lain adalah kunci utama untuk keselamatan di jalan raya. Jangan sampai kemajuan teknologi kendaraan justru diiringi dengan kemunduran kesadaran kita sebagai pengguna jalan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini