CAMACARI, BRAZIL – Raksasa otomotif asal China, BYD, mengambil langkah tegas dengan memutus kontrak kerja sama dengan kontraktor Jinjiang Construction Brazil Ltda. Keputusan ini diambil menyusul terungkapnya dugaan praktik perbudakan terhadap pekerja dalam proyek pembangunan pabrik BYD di Camaçari, Bahia, Brasil.
Kementerian Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan Brasil menemukan adanya pelanggaran serius yang dilakukan oleh Jinjiang Construction. Diduga, kontraktor tersebut memperlakukan pekerja dengan tidak manusiawi dan melanggar hukum ketenagakerjaan yang berlaku di Brasil.
BYD Auto do Brasil, melalui pernyataan resminya, menegaskan bahwa mereka tidak akan menoleransi segala bentuk tindakan yang tidak menghormati hukum dan martabat manusia. Perusahaan juga menyatakan komitmennya untuk melindungi hak-hak pekerja dan memastikan bahwa mereka tidak dirugikan akibat keputusan pemutusan kontrak dengan Jinjiang Construction.
"BYD telah beroperasi di Brasil selama satu dekade dan selalu patuh pada hukum setempat. Kami juga menjunjung tinggi etika, rasa hormat, dan martabat manusia," ujar Wakil Presiden Senior BYD Brasil, Alexandre Baldy, dalam pernyataannya.
Indikasi Perbudakan Mencengangkan
Temuan otoritas Brasil mengungkap kondisi kerja yang memprihatinkan. Lebih dari 160 pekerja, sebagian besar berasal dari China, diduga menjadi korban praktik perbudakan modern. Mereka ditempatkan di akomodasi yang tidak layak, bahkan ada yang tidak memiliki kasur untuk tidur. Fasilitas sanitasi juga sangat terbatas, dengan satu kamar mandi harus digunakan bersama oleh puluhan orang.
Selain itu, para pekerja dipaksa bangun pagi untuk bekerja lebih awal, serta ada dugaan penahanan upah dan paspor. Kondisi ini, menurut Kantor Ketenagakerjaan Umum (MPT) Brasil, mengarah pada praktik kerja paksa dan perbudakan.
Pekerja Dipindahkan, Investigasi Berlanjut
Menanggapi temuan ini, BYD segera mengambil langkah dengan memindahkan semua pekerja ke hotel-hotel di sekitar area pabrik. Perusahaan juga berjanji untuk memastikan bahwa hak-hak pekerja tetap terlindungi dan mereka tidak akan dirugikan akibat pemutusan kontrak dengan kontraktor.
Saat ini, BYD sedang melakukan investigasi internal secara menyeluruh terkait kondisi kerja dan kehidupan semua karyawan yang disubkontrakkan dalam proyek ini. Perusahaan juga terus menjalin komunikasi dengan pihak-pihak terkait dan bersedia untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Insiden ini menjadi tamparan keras bagi BYD, yang sebelumnya menargetkan pabrik di Camaçari sebagai fasilitas pertama mereka di luar Asia. Pabrik tersebut dijadwalkan mulai beroperasi pada Maret tahun depan. Namun, dengan adanya kasus dugaan perbudakan ini, target tersebut kemungkinan akan terpengaruh.
Kasus ini juga menjadi pengingat bagi perusahaan-perusahaan multinasional untuk lebih berhati-hati dalam memilih kontraktor dan memastikan bahwa praktik kerja yang diterapkan sesuai dengan standar hukum dan etika yang berlaku di setiap negara tempat mereka beroperasi.