Jakarta – Lampu sein, fitur sederhana pada kendaraan, kerap kali dianggap remeh. Padahal, di balik nyala kuningnya, tersimpan peran krusial dalam menjaga keselamatan di jalan raya. Kesalahan penggunaan sein bukan hanya sekadar pelanggaran lalu lintas, tetapi juga pemicu utama terjadinya insiden yang bisa merenggut nyawa.
Banyak pengendara yang terbiasa menyalakan sein tanpa alasan jelas, atau justru lupa mematikannya setelah bermanuver. Kebiasaan buruk ini bukan hanya membingungkan pengguna jalan lain, namun juga meningkatkan risiko tabrakan. Perubahan arah yang tak terduga karena sein yang tidak berfungsi semestinya bisa berakibat fatal.
"Sein itu bukan sekadar aksesori atau hiasan. Ini adalah alat komunikasi penting antar pengendara," kata seorang pakar keselamatan berkendara, Budi Santoso, saat ditemui baru-baru ini. "Bayangkan jika kita bicara tanpa suara, pasti orang akan bingung. Begitu pula di jalan, sein adalah ‘suara’ kendaraan kita."
Budi menjelaskan bahwa idealnya, lampu sein dinyalakan setidaknya 30 meter sebelum berbelok atau berpindah jalur. Hal ini memberikan waktu yang cukup bagi pengendara lain untuk mengantisipasi manuver kita. Tak kalah penting, sein wajib dimatikan segera setelah selesai bermanuver. Sein yang menyala terus menerus setelah belok justru bisa memicu kebingungan dan salah persepsi bagi pengguna jalan lain.
"Lupa matikan sein itu seperti ngomong tapi gak berhenti. Orang bisa salah tangkap maksud kita," lanjut Budi. "Akibatnya, mereka bisa mengambil tindakan yang salah, dan terjadilah kecelakaan."
Pentingnya fungsi lampu sein juga tercermin dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pengendara wajib memberikan isyarat dengan lampu sein sebelum berbelok, pindah jalur, atau berputar arah. Pelanggaran aturan ini jelas ada sanksinya. Lebih dari itu, pengabaian terhadap sein juga mencerminkan minimnya kesadaran akan keselamatan bersama.
Lebih jauh, Budi mengingatkan bahwa disiplin menggunakan sein juga berdampak pada kelancaran lalu lintas secara keseluruhan. Pengendara yang terbiasa menggunakan sein dengan benar akan meningkatkan kepercayaan pengguna jalan lain. Sebaliknya, pengendara yang abai terhadap sein akan menurunkan kepercayaan dan memicu ketidakpastian di jalan.
"Berkendara itu soal saling percaya dan menghargai. Dengan menggunakan sein dengan benar, kita tidak hanya menjaga keselamatan diri sendiri, tapi juga memberikan kontribusi bagi terciptanya suasana berkendara yang aman dan nyaman bagi semua orang," pungkas Budi.
Sudah saatnya kita mengubah persepsi tentang lampu sein. Bukan sekadar alat yang harus ada di kendaraan, tetapi juga alat komunikasi vital yang berperan besar dalam mencegah kecelakaan. Dengan membiasakan diri untuk menggunakan sein dengan benar, kita semua ikut andil dalam mewujudkan lalu lintas yang lebih aman dan tertib.