Pergeseran tren kendaraan menuju elektrifikasi semakin nyata, termasuk di ranah roda dua. Honda, sebagai salah satu pemain utama di pasar sepeda motor Indonesia, pun tak ketinggalan menghadirkan jagoan listriknya, ICON e:. Dibanderol sekitar Rp 28 juta, motor listrik ini menawarkan alternatif mobilitas ramah lingkungan, namun apakah kehadirannya cukup kuat untuk menggeser dominasi motor bensin, terutama di kelas entry-level seperti Honda BeAT?

ICON e: versus BeAT: Pertarungan yang Tak Seimbang?

Sekilas, ICON e: memang menggoda. Dengan spesifikasi baterai Lithium-ion 48 V, 30,6 Ah, motor ini mampu melaju hingga 55 km per jam dengan jarak tempuh 53 kilometer. Performa ini sedikit lebih baik dari EM1 e:, namun tetap saja belum setara dengan performa motor bensin entry-level seperti BeAT. Apalagi jika mempertimbangkan harga, ICON e: justru berhadapan dengan motor-motor kelas menengah seperti Stylo dan Vario.

Penting untuk dipahami, perbandingan "apple to apple" antara motor listrik seperti ICON e: dengan motor bensin seperti BeAT tidak bisa dilakukan begitu saja. Pasar Indonesia masih didominasi oleh preferensi terhadap motor bensin yang dikenal tangguh dan praktis untuk berbagai kebutuhan. Masyarakat masih terbiasa dengan kemudahan mengisi bahan bakar di SPBU, tanpa khawatir kehabisan daya di tengah jalan.

Kendala Infrastruktur dan Mindset Pengguna

Salah satu kendala utama penerimaan motor listrik di Indonesia adalah ketersediaan infrastruktur pendukung. Stasiun pengisian listrik umum (SPLU) dan sistem swap baterai masih sangat terbatas, jauh tertinggal dari jaringan SPBU yang sudah menjamur di mana-mana. Hal ini tentu menjadi pertimbangan besar bagi konsumen yang membutuhkan motor untuk mobilitas sehari-hari, apalagi untuk kebutuhan ekonomi.

Selain itu, mindset pengguna juga menjadi faktor penting. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan motor bensin yang serba guna dan praktis, dapat digunakan kapan saja dan ke mana saja. Kekhawatiran akan jarak tempuh terbatas dan waktu pengisian baterai yang lebih lama menjadi penghalang utama bagi sebagian besar konsumen untuk beralih ke motor listrik. Belum lagi, muncul pertanyaan tentang biaya penggantian baterai di masa mendatang.

Penjualan Motor Listrik yang Masih Tertatih

Data penjualan motor listrik di Indonesia juga menunjukkan bahwa adopsi motor listrik masih sangat lambat. Proyeksi penjualan motor listrik di tahun ini diperkirakan mencapai 70 ribu unit, angka yang masih sangat jauh dibandingkan dengan penjualan motor bensin yang mencapai jutaan unit per tahun. Bahkan, per bulan, motor listrik hanya terjual sekitar 6.000-an unit.

Hal ini menunjukkan bahwa motor listrik masih dianggap sebagai teknologi baru yang belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Selain harga yang relatif lebih mahal, faktor kepraktisan, ketersediaan infrastruktur, dan mindset pengguna menjadi tantangan besar yang harus diatasi.

Perlu Waktu untuk Mengubah Paradigma

Meski begitu, potensi motor listrik di masa depan tetap besar. Pemerintah juga terus berupaya memberikan insentif dan membangun infrastruktur pendukung untuk mempercepat adopsi motor listrik. Namun, untuk benar-benar menggantikan motor bensin, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Perubahan paradigma di kalangan masyarakat, pengembangan teknologi baterai, serta pembangunan infrastruktur yang memadai menjadi kunci utama untuk membuka jalan bagi era elektrifikasi roda dua di Indonesia.

Honda ICON e: adalah langkah awal yang menarik, namun perlu diingat bahwa ini adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak. Akankah motor listrik pada akhirnya menggusur motor bensin? Waktu yang akan menjawabnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini