Jakarta Utara, [Tanggal Sekarang] – Pemandangan ironis kembali tersaji di jalanan Pluit, Jakarta Utara. Hujan deras dan banjir rob yang melanda kawasan tersebut ternyata tak menyurutkan nyali sejumlah pengendara, termasuk pemilik mobil-mobil mewah, untuk tetap menerjang genangan air yang cukup tinggi. Alhasil, sejumlah kendaraan ‘bertekuk lutut’, mogok di tengah jalan, dan menjadi pengingat pahit tentang risiko nekat menerobos banjir.

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan beberapa mobil, termasuk sebuah sedan BMW, terhenti di tengah genangan banjir. Warga sekitar pun terlihat bahu-membahu membantu mendorong mobil-mobil mewah yang ‘tak berdaya’ tersebut. Kejadian ini menjadi pengingat, bahwa status mobil mewah sekalipun tidak kebal terhadap ganasnya banjir.

Bukan Sekadar Mogok, Lebih dari Itu!

Banyak orang mungkin menganggap mogok di tengah banjir adalah masalah sepele. Namun, bagi para pemilik kendaraan, ini adalah awal dari mimpi buruk. Biaya perbaikan mobil yang terendam banjir, apalagi yang mengalami kerusakan mesin, bisa sangat menguras kantong. Lebih dari sekadar mogok, menerobos banjir juga menyimpan risiko lain yang mengancam keselamatan pengemudi dan penumpang.

Menurut praktisi keselamatan berkendara, menerjang banjir dengan kedalaman yang tidak terukur adalah tindakan yang sangat berbahaya. Bukan hanya soal kerusakan mobil, risiko celaka juga mengintai.

"Risiko water hammer sudah pasti. Yang banyak juga terjadi roda masuk lubang entah got, selokan dan lain-lain," ujar Sony, seorang pengamat keselamatan berkendara. "Mobil atau ban juga bisa terkena benda-benda tajam yang terbawa arus."

Water Hammer: ‘Pembunuh’ Mesin yang Tak Terlihat

Salah satu risiko terbesar yang mengintai mesin mobil saat menerjang banjir adalah water hammer. Kondisi ini terjadi ketika air masuk ke dalam ruang bakar mesin dan menggantikan udara yang seharusnya dikompresi. Karena air tidak dapat dikompresi, dampaknya sangat fatal. Piston bisa bengkok, bahkan silinder mesin bisa pecah. Gejala awal water hammer mungkin tidak langsung terasa, namun perlahan-lahan mesin akan terasa kasar dan pada akhirnya bisa jebol. Perbaikan mesin akibat water hammer tentu saja tidak murah.

Pelajaran Berharga dari Pluit

Kejadian di Pluit ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bahwa, kesombongan dengan kendaraan yang dianggap mumpuni tidak akan bisa mengalahkan kekuatan alam. Banjir adalah ancaman yang nyata, dan menerobosnya tanpa perhitungan adalah tindakan yang sangat berisiko.

Lalu, Apa yang Seharusnya Dilakukan?

Lalu, apa yang seharusnya dilakukan jika terlanjur menghadapi banjir di jalan?

  1. Hindari dan Cari Jalan Alternatif: Jika memungkinkan, cari jalan alternatif yang tidak tergenang banjir. Keselamatan dan keamanan adalah yang utama.
  2. Jangan Memaksakan Diri: Jangan nekat menerobos banjir jika kedalamannya tidak terukur. Lebih baik menunggu banjir surut daripada harus menanggung risiko kerusakan dan celaka.
  3. Pantau Kondisi Jalan: Perhatikan tanda-tanda bahaya di jalan, seperti lubang atau benda-benda yang terbawa arus.
  4. Jaga Jarak Aman: Jika terpaksa melintasi genangan, jaga jarak aman dengan kendaraan lain. Hal ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
  5. Utamakan Keselamatan: Keselamatan diri dan penumpang adalah yang terpenting. Jangan ragu untuk memutar balik jika memang kondisi tidak memungkinkan.

Kejadian mogoknya mobil-mobil mewah di Pluit ini adalah pengingat yang keras. Bahwa, banjir bukan hanya soal genangan air, tetapi juga soal risiko besar yang bisa merugikan kita secara finansial dan bahkan mengancam keselamatan jiwa. Jadi, bijaklah dalam berkendara, dan jangan pernah menyepelekan kekuatan alam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini