Penjualan mobil di Indonesia masih terpuruk dalam tren lesu. Angka penjualannya bahkan tak pernah lagi melampaui level tertinggi pada 2013 yang mencapai 1,2 juta unit per tahun. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) meramalkan pemulihan baru akan terjadi tahun depan.
Pakar ekonomi otomotif menilai ada sejumlah faktor yang menghambat pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia. Salah satunya adalah harga yang semakin mahal, terutama karena kenaikan pajak dan ketergantungan pada komponen impor yang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah.
"Pemerintah perlu mengontrol inflasi dan kebijakan moneter serta fiskal untuk meningkatkan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah yang merupakan konsumen mayoritas mobil," ujar Ekko Harjanto selaku Asisten Deputi Pengembangan Industri Kemenko Perekonomian.
Faktor lainnya adalah pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang masih rendah, sekitar 4.700-5.000 USD per tahun. Akibatnya, sebagian besar pendapatan mereka harus dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti pangan, rumah, dan pendidikan.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah dan pelaku industri perlu melakukan diversifikasi produk, memfasilitasi ekspor, dan mengurangi beban pajak produsen. Program pengurangan pajak kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (PPnBM) dan insentif untuk kendaraan ramah lingkungan juga diharapkan dapat mendongkrak daya beli masyarakat.
Selain itu, kampanye penggunaan kendaraan lokal juga menjadi bagian penting dari upaya pemulihan penjualan mobil. "Masyarakat perlu disadarkan akan kualitas dan keunggulan mobil produksi dalam negeri yang tidak kalah dengan merek impor," kata Ekko Harjanto.
Dengan mengimplementasikan berbagai upaya pemulihan tersebut, diharapkan penjualan mobil di Indonesia dapat kembali pulih dan mencapai level yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.