Oleh: [Nama Anda]
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengusulkan produsen mobil di Indonesia untuk memproduksi low cost green car (LCGC) hybrid. Usulan ini mendapat sambutan positif dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Kehadiran LCGC hybrid dinilai memiliki dua dampak positif bagi negara, yakni meningkatkan pasar roda empat dan mengurangi emisi karbon. Menurut Rustam Effendi, Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, LCGC hybrid akan lebih terjangkau dibandingkan mobil hybrid yang ada di pasaran.
"Harga yang lebih murah akan menjadi kebutuhan masyarakat luas dan lebih sukses dibandingkan mobil hybrid yang harganya lebih mahal," ungkap Rustam.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, juga setuju dengan usulan Kemenperin. Ia menyebutkan bahwa LCGC saat ini sudah tidak lagi bisa dianggap murah dan memerlukan teknologi hybrid untuk mengurangi emisi.
"LCGC memiliki volume penjualan yang besar, namun teknologinya perlu diubah. Tidak bisa emisinya sama saja. Hybrid menjadi solusi untuk itu," ujar Kukuh.
Usulan pembuatan LCGC hybrid awalnya disampaikan oleh Dodiet Prasetya, Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kemenperin. Menurutnya, penjualan LCGC yang tinggi perlu ditingkatkan dengan hadirnya varian hybrid.
"Kami ingin meningkatkan pencapaian yang sudah bagus, serta berkontribusi dalam penurunan emisi dan ketahanan energi," kata Dodiet.
Pada tahun lalu, penjualan LCGC di Indonesia mencapai 204.705 unit dengan pangsa pasar sebesar 20,3 persen. Kini, terdapat lima model LCGC yang dijual di Indonesia, yaitu Toyota Calya, Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Daihatsu Sigra, dan Honda Brio Satya.
Pemerintah berharap dengan hadirnya LCGC hybrid, pasar otomotif di Indonesia dapat semakin berkembang sekaligus mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Langkah ini juga menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung transisi menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan.