Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah mendorong produsen mobil untuk memperkenalkan low cost green car atau LCGC dengan teknologi hybrid di Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk memperluas pasar otomotif sekaligus mengurangi emisi karbon di dalam negeri.
"Kami mendorong para pabrikan untuk menyematkan teknologi hybrid di LCGC," ujar Dodiet Prasetyo selaku Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin, belum lama ini.
Penjualan LCGC tercatat cukup tinggi di Indonesia. Pada tahun lalu, penjualan LCGC mencapai 204.705 unit dengan pangsa pasar menembus 20,3 persen. Hal ini memicu Kemenperin untuk meningkatkan pencapaian positif tersebut dengan memperkenalkan varian hybrid.
Selain meningkatkan pangsa pasar, Kemenperin juga ingin memaksimalkan potensi LCGC dalam mengurangi emisi dan meningkatkan ketahanan energi. Teknologi hybrid diyakini dapat menghemat konsumsi bahan bakar dan mendukung transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan.
Saat ini, Kemenperin dan pihak-pihak terkait sedang menganalisis kelayakan dan potensi LCGC hybrid di Indonesia. Jika terealisasi, diperkirakan akan ada lima model LCGC yang dilengkapi dengan teknologi hybrid, yaitu Toyota Calya, Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Daihatsu Sigra, dan Honda Brio Satya.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pun menyambut baik usulan Kemenperin. Menurut Sekum Gaikindo, Kukuh Kumara, LCGC saat ini sudah tidak lagi dapat dikategorikan sebagai mobil murah. Oleh karena itu, penambahan teknologi hybrid dinilai sebagai langkah yang tepat.
"LCGC volume-nya besar tapi teknologi berubah. Tidak bisa emisinya segitu saja, ya jalan keluarnya hybrid," ujar Kukuh.
Dengan diperkenalkannya LCGC hybrid, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memiliki akses terhadap kendaraan yang lebih bersih, hemat bahan bakar, dan terjangkau. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung transisi menuju energi terbarukan.