Di tengah seruan global untuk transisi energi hijau, Indonesia tampil dengan keyakinan besar untuk menjadi pemimpin di bidang ini. Hal itu diungkapkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) atau APEC CEO Summit.
Prabowo memaparkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara mandiri energi, khususnya dalam energi hijau. Dengan potensi panas bumi dan surya yang melimpah serta kekuatan utama di bidang bioenergi, Indonesia berambisi untuk mencapai 100 persen energi terbarukan dalam beberapa tahun mendatang.
"Kami memiliki keuntungan untuk menjadi mandiri dalam energi hijau. Kami mungkin akan menjadi salah satu dari sedikit negara yang dapat mencapai 100 persen energi terbarukan dalam waktu dekat," ujar Prabowo.
Potensi besar di bidang bioenergi menjadi sorotan Prabowo. Indonesia, bersama Brasil dan Republik Demokratik Kongo, memiliki peluang besar untuk memproduksi bahan bakar nabati. Ini akan menghemat devisa negara dan menciptakan peluang ekonomi yang lebih luas.
Saat ini, Indonesia telah mengembangkan biodiesel dengan kandungan nabati sebesar 35 persen (B35) untuk mesin diesel. Target tahun depan adalah menaikkannya menjadi biodiesel B40. Untuk mesin bensin, pemerintah tengah mengembangkan bioetanol dengan kandungan etanol 5 persen (E5). Kandungan nabati pada bahan bakar ini diharapkan terus ditingkatkan hingga mencapai 100 persen.
Langkah Indonesia menuju kemandirian energi hijau ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengatasi krisis iklim dan memastikan ketahanan energi nasional. Dengan potensi yang melimpah dan komitmen yang kuat, Indonesia berpotensi menjadi pelopor dalam transisi energi hijau di kawasan dan dunia.