Kecelakaan maut yang melibatkan truk kembali terjadi di Tol Cipularang, menewaskan banyak korban jiwa. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi pengendara untuk selalu waspada, terutama saat berada di sekitar kendaraan besar seperti truk.
Selain faktor kondisi kendaraan, kesalahan manusia juga memainkan peran penting dalam kecelakaan truk. Salah satunya adalah kebiasaan pengemudi truk menetralkan transmisi di jalan menurun. Praktik ini dilakukan dengan tujuan menghemat bahan bakar, namun justru berujung pada bencana.
Saat transmisi dinetralkan, beban kerja mesin berkurang sehingga konsumsi bahan bakar menjadi lebih efisien. Namun, tindakan ini menghilangkan bantuan engine brake, yang berfungsi menahan laju kendaraan. Akibatnya, pengemudi hanya mengandalkan rem kaki untuk memperlambat truk.
Rem kaki yang digunakan secara terus-menerus tanpa bantuan engine brake akan mengalami panas berlebih dan kehilangan fungsinya. Kondisi ini dikenal sebagai brake fading. Jika terjadi pada kecepatan tinggi, truk akan kehilangan kendali dan berisiko mengalami kecelakaan.
Untuk mencegah tragedi serupa terulang, pengemudi truk harus menyadari bahaya menetralkan transmisi saat berkendara di jalan menurun. Mereka harus memanfaatkan engine brake untuk membantu mengurangi laju kendaraan dan mengurangi beban pada rem kaki.
Selain itu, pengendara lain juga perlu lebih waspada saat berada di sekitar truk. Hindari berkendara terlalu dekat dengan truk, terutama di jalan turunan dan tanjakan. Jaga jarak aman dan perhatikan titik buta yang tidak terlihat oleh pengemudi truk.
Dengan memahami faktor-faktor penyebab kecelakaan truk dan mengambil tindakan pencegahan, kita dapat meningkatkan keselamatan berkendara di jalan raya. Ingat, setiap nyawa yang hilang akibat kelalaian adalah kerugian yang tidak ternilai bagi keluarga dan masyarakat.