Raksasa otomotif asal Jepang, Nissan, kembali diterpa badai. Kali ini, perusahaan mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran dan memangkas upah petinggi perusahaan.
Dilansir dari sumber terpercaya, Nissan berencana untuk melakukan PHK terhadap 9 ribu karyawannya atau sekitar 6,7 persen dari total pegawai mereka secara global. Tak hanya itu, perusahaan juga mengurangi kapasitas produksinya di pabrik hingga 20 persen.
Kondisi yang memprihatinkan ini dipicu oleh penjualan global yang menurun tajam, terutama di pasar utama seperti Amerika Utara, China, dan Jepang. Pada periode April hingga September 2024, keuntungan Nissan bahkan anjlok hingga 90 persen.
Seperti produsen otomotif lainnya di dunia, Nissan kesulitan mengikuti preferensi konsumen yang berubah dengan cepat. Di pasar China, kemunculan merek lokal seperti BYD telah menggeser dominasi produsen tradisional seperti Volkswagen dan Ford. BYD menawarkan mobil dengan harga terjangkau dan teknologi canggih, menjadikannya pilihan yang menarik bagi konsumen.
CEO Nissan, Makoto Uchida, mengakui bahwa perusahaan telah melakukan kesalahan dalam perencanaan penjualan. "Kami tidak dapat menyangkal bahwa rencana penjualan kami terlalu berlebihan mengingat perubahan pasar yang begitu cepat," ungkap Uchida.
Uchida juga menegaskan bahwa pemotongan gaji akan diberlakukan untuk petinggi perusahaan sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan atas situasi yang dihadapi Nissan.
Dalam upaya mengatasi tantangan yang dihadapi, Nissan akan mengandalkan kemitraan dengan Honda dan merek-merek lainnya. Langkah ini diharapkan dapat membantu Nissan mempertahankan posisinya di industri otomotif global yang semakin kompetitif.
Pemutusan hubungan kerja dan pemangkasan gaji yang dilakukan Nissan menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi industri otomotif saat ini. Perubahan teknologi dan preferensi konsumen yang cepat menuntut produsen untuk beradaptasi dengan cepat atau menghadapi risiko terpinggirkan.