Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS telah memicu ketidakpastian bagi industri kendaraan listrik di negara tersebut. Partai Republik, di bawah kepemimpinan Trump, secara umum menentang kendaraan listrik, menyebutnya sebagai pemaksaan bagi konsumen.
Trump berencana untuk mencabut atau mengurangi standar emisi kendaraan yang ditetapkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) serta insentif untuk mempromosikan produksi dan penggunaan kendaraan listrik yang diterapkan pemerintahan Biden melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA).
IRA telah mendorong investasi besar dalam produksi kendaraan listrik. Namun, para pemain industri dan pejabat berpendapat akan sulit bagi Trump untuk sepenuhnya menghapus IRA. Meski demikian, ia dapat menunda pendanaan atau membatasi subsidi kendaraan listrik melalui perintah eksekutif atau kebijakan lainnya.
"Setiap pergantian pemerintahan adalah masa yang menarik bagi industri," kata David Christ, Wakil Presiden Grup dan Manajer Umum Toyota Amerika Utara. "Kami harus menyesuaikan diri dengan kebijakan dan peraturan baru, serta memperkenalkan diri kepada para pemimpin baru."
Beberapa analis memperkirakan produsen mobil, terutama dari Detroit seperti General Motors dan Ford Motor, akan diuntungkan dari kebijakan Trump. "Kami melihat F (Ford) dan GM sebagai penerima manfaat utama dari pemerintahan Trump," kata John Murphy, analis dari BofA Securities.
Toyota juga berpotensi diuntungkan jika regulasi kendaraan listrik dilonggarkan. Pabrikan Jepang itu saat ini lebih fokus pada kendaraan hibrida dibandingkan kendaraan listrik murni.
Ketidakpastian ini telah memicu kekhawatiran pada industri kendaraan listrik AS. Beberapa perusahaan khawatir bahwa perubahan kebijakan akan menghambat pertumbuhan pasar dan menghambat kemajuan menuju masa depan rendah emisi.
Namun, para pemain industri lainnya tetap optimis. Mereka percaya bahwa tren menuju kendaraan listrik tidak dapat dihindari dan bahwa permintaan konsumen akan terus meningkat.