Upaya Indonesia untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) 2030 mengharuskan negara melakukan dekarbonisasi sektor otomotif yang menjadi penyumbang emisi CO2 yang signifikan. Namun, apakah kendaraan listrik (EV) merupakan solusi utama untuk masalah ini?

Cyrillus Harinowo, dalam bukunya "Multi-pathway for Car Electrification," memberikan sudut pandang yang berbeda. Ia berpendapat bahwa kondisi Indonesia yang berbeda dari negara maju, dengan pendapatan per kapita yang lebih rendah, memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif.

Meskipun EV tidak menghasilkan emisi langsung, proses pengisian baterainya masih bergantung pada pembangkit listrik yang sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil di Indonesia. Artinya, meskipun ramah lingkungan pada titik penggunaan, EV tetap berkontribusi pada emisi karbon pada titik pengisian daya.

Selain itu, Cyrillus mengusulkan penggunaan teknologi alternatif seperti Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV). Kendaraan-kendaraan ini mengurangi emisi tanpa bergantung sepenuhnya pada infrastruktur pengisian baterai yang masih terbatas di Indonesia.

Penggunaan biofuel, seperti bioetanol yang telah dikembangkan di Brasil, juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Hal ini sejalan dengan potensi Indonesia sebagai penghasil biomassa yang melimpah.

Secara global, pangsa pasar mobil listrik masih relatif kecil. Di Indonesia, kendaraan hybrid justru menunjukkan lonjakan minat yang signifikan, mengindikasikan pergeseran preferensi konsumen menuju kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Dengan mempertimbangkan keterbatasan infrastruktur dan ketergantungan pada energi fosil, Cyrillus merekomendasikan Indonesia untuk mengadopsi pendekatan multi-jalur dalam dekarbonisasi sektor otomotif. Mobil non-listrik yang ramah lingkungan, seperti HEV, PHEV, dan kendaraan berbahan bakar biofuel, harus menjadi pilihan yang dipertimbangkan untuk mencapai target NDC 2030.

Pendekatan ini mungkin tampak melawan tren saat ini yang menggembar-gemborkan mobil listrik sebagai satu-satunya solusi untuk emisi karbon. Namun, memahami bahwa teknologi otomotif ramah lingkungan tidak terbatas pada EV sangat penting. Dengan mempertimbangkan berbagai pilihan, Indonesia dapat mencapai tujuan dekarbonisasinya dengan cara yang lebih efektif dan berkelanjutan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini