Kasus tabrak lari masih merajalela di Indonesia. Baru-baru ini, sebuah kasus di Solo menjadi perhatian setelah rekaman aksi kejar-kejaran antara warga dan pelaku tabrak lari viral di media sosial.
Peristiwa ini menyoroti rendahnya rasa tanggung jawab pengendara di negeri kita. Sony Susmana, ahli keselamatan berkendara, mengungkap bahwa kabur setelah kecelakaan sering dilakukan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran berlalu lintas.
"Pengendara lebih fokus pada teknik berkendara, tapi lemah dalam kompetensi berpikir, salah satunya tanggung jawab atas perbuatannya," ujar Sony.
Menurut Sony, pengendara perlu menumbuhkan sikap peduli dan bertanggung jawab, tidak hanya di jalan raya, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, akan tercipta kebiasaan positif dan mengurangi kemungkinan tabrak lari.
Ia menekankan perlunya pelatihan sikap defensif dalam berkendara. Sikap ini dapat dilihat dari reaksi pengendara saat terjadi suatu kejadian, sehingga meminimalisir tindakan kabur setelah kecelakaan.
Kasus tabrak lari tidak hanya merugikan korban, tetapi juga menimbulkan dampak negatif pada masyarakat luas. Tindakan melarikan diri menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab dan mengabaikan keselamatan orang lain.
Untuk menciptakan lingkungan lalu lintas yang lebih aman, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, penegak hukum, dan masyarakat. Sosialisasi tentang pentingnya sikap bertanggung jawab dalam berkendara serta penindakan tegas terhadap pelaku tabrak lari sangat diperlukan.
Setiap pengendara memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan lalu lintas yang aman dan bertanggung jawab. Dengan memupuk sikap peduli dan bertanggung jawab, kita dapat menekan kasus tabrak lari dan membangun budaya berkendara yang lebih beradab.