Kemacetan di Jakarta menjadi salah satu permasalahan pelik yang terus menghantui warga Ibu Kota. Dalam Debat Perdana Pilkada Jakarta 2024, kedua calon gubernur, Pramono Anung dan Dharma Pongrekun, memaparkan gagasan mereka untuk mengatasi kemacetan.

Strategi Aglomerasi Pramono Anung

Calon gubernur nomor urut 3, Pramono Anung, mengusung strategi aglomerasi untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi masuk ke Jakarta. Ia mengusulkan untuk menjadikan 15 golongan yang saat ini digratiskan naik Transjakarta juga dapat menikmati layanan gratis di MRT dan LRT, bahkan dari wilayah aglomerasi seperti Bekasi, Tangerang Selatan, Bogor, dan Puncak.

Menurut Pramono, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi masuk ke Jakarta, sehingga dapat mengurangi kemacetan. Ia juga menekankan pentingnya pengembangan Transjabodetabek hingga ke daerah-daerah penyangga.

Manajemen Transportasi Umum Dharma Pongrekun

Calon gubernur nomor urut 2, Dharma Pongrekun, lebih berfokus pada pengelolaan transportasi umum yang efektif. Ia berpendapat bahwa dengan manajemen yang lebih baik, masyarakat akan lebih terdorong untuk menggunakan transportasi publik.

Dharma mengusulkan optimalisasi jarak antar halte hingga 10 menit dan memastikan kenyamanan penumpang, seperti AC yang dingin dan kabin yang bersih. Ia juga menekankan pentingnya menanamkan budaya antre dan menghormati sesama pengguna transportasi publik.

Selain itu, Dharma juga mengusung konsep sentralisasi dan konsolidasi transportasi. Ia berencana menempatkan fasilitas seperti tempat tinggal, pasar, dan sekolah berdekatan dengan halte transportasi umum. Ia juga akan menyediakan kantong-kantong parkir yang aman dan nyaman untuk mendorong masyarakat menggunakan transportasi publik.

Mana yang Lebih Efektif?

Kedua strategi yang diusung oleh Pramono Anung dan Dharma Pongrekun memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Strategi aglomerasi Pramono Anung berpotensi mengurangi jumlah kendaraan pribadi masuk ke Jakarta, namun butuh koordinasi yang kuat dengan daerah-daerah penyangga.

Sementara itu, strategi manajemen transportasi umum Dharma Pongrekun lebih menekankan pada peningkatan kualitas layanan agar menarik masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi. Namun, strategi ini memerlukan waktu dan upaya yang berkelanjutan untuk menunjukkan dampak yang signifikan.

Solusinya untuk mengatasi kemacetan Jakarta kemungkinan merupakan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut. Dengan menggabungkan strategi aglomerasi dan manajemen transportasi umum yang efektif, Jakarta dapat bergerak menuju solusi berkelanjutan untuk permasalahan kemacetan yang telah lama menghantui Ibu Kota.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini