Kejadian ambulans yang menyebabkan kemacetan baru-baru ini telah menjadi sorotan publik. Insiden yang viral di media sosial tersebut memperlihatkan dilema yang sering dihadapi oleh kendaraan darurat di jalanan Indonesia.

Menurut paramedis Handry Raynaldi, seharusnya kendaraan lain membuka jalur bagi ambulans yang sedang dalam perjalanan darurat dengan mengaktifkan sirene dan strobo. Namun, sayangnya, hak istimewa ini masih sering diabaikan.

Ketika ambulans terpaksa berhenti di tengah jalan untuk menangani pasien darurat, seperti pasien yang tidak sadarkan diri atau sedang menjalani CPR, justru dapat memperparah kemacetan. Untuk menghindari hal tersebut, Handry menyarankan agar ambulans menggunakan bahu jalan untuk berhenti.

Dengan berhenti di bahu jalan, ambulans tidak akan menghalangi arus lalu lintas dan masyarakat akan lebih bersedia memberikan jalan. Sayangnya, banyak sopir ambulans yang tidak memiliki pengetahuan medis untuk menilai tingkat kegawatan pasien dan mengambil keputusan yang tepat.

Oleh karena itu, Handry menekankan pentingnya sopir ambulans memiliki pemahaman tentang medis. Dengan pengetahuan tersebut, sopir dapat menentukan apakah situasi pasien memungkinkan untuk berhenti di bahu jalan atau harus terus melaju dengan kecepatan tinggi.

Selain itu, masyarakat juga perlu diedukasi tentang prioritas kendaraan darurat. Kemacetan yang terjadi karena ambulans seringkali disebabkan oleh kendaraan lain yang tidak mau memberi jalan atau bahkan sengaja menghalangi.

Dengan pemahaman dan kesadaran yang baik dari masyarakat, hambatan bagi kendaraan darurat dapat diminimalisir. Sehingga, pasien yang membutuhkan pertolongan darurat dapat segera mendapatkan penanganan dengan cepat dan efektif.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini