Kondisi lalu lintas Indonesia masih diwarnai dengan perilaku semrawut, salah satunya aksi intimidasi. Pengemudi yang cenderung mengabaikan etika dan enggan mengalah menciptakan suasana yang mencekam bagi pengguna jalan lain.

Menurut pengamat keselamatan berkendara Sony Susmana, akar masalah ini terletak pada budaya keselamatan yang rendah. minimnya penegakan hukum dan kurangnya edukasi berkontribusi pada perilaku pengemudi yang tidak beretika.

"Karakter mengemudi yang saling menghargai dan berbagi tidak bisa dibangun dalam waktu singkat," ujar Sony. "Sementara, merusaknya hanya butuh waktu kurang dari sebulan."

Sony menambahkan, mayoritas sikap intimidatif di jalan berawal dari interaksi buruk antar pengemudi. Ketika sering menghadapi situasi yang serupa, individu berpotensi terpengaruh dan ikut berperilaku tidak beretika.

"Edukasi tanpa dibarengi penegakan hukum menjadi sia-sia," tegas Sony. "Diperlukan langkah paralel, seperti yang diterapkan di Malaysia. Konsistensi dalam menerapkan aturan dan memupuk toleransi damai telah berhasil membangun budaya berkendara yang baik di sana."

Meski memiliki kesamaan budaya, Indonesia masih kesulitan membangun etika berkendara yang layak. Masalah ini menjadi tanggung jawab bersama yang memang tidak mudah diatasi.

Oleh karena itu, diperlukan upaya berkelanjutan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah yang memperketat penegakan hukum hingga masyarakat yang mengkampanyekan kesadaran keselamatan berkendara. Dengan membangun budaya keselamatan yang kuat, kita dapat mewujudkan lalu lintas Indonesia yang lebih aman dan nyaman bagi semua.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini