Dalam industri otomotif yang semakin kompetitif, pabrikan China seperti BYD terus memperluas sayapnya secara global, termasuk di Indonesia. Salah satu strategi mereka adalah menarik talenta terbaik dari pabrikan Jepang yang telah lama bercokol di Tanah Air.

Pabrik BYD yang akan dibangun di Subang, Jawa Barat, dengan investasi miliaran dolar menjadi daya tarik kuat bagi para eksekutif pabrikan Jepang. Mereka tergiur dengan tawaran gaji yang lebih tinggi, posisi manajerial yang lebih baik, dan prospek pertumbuhan karier yang menjanjikan.

Fenomena ini juga diperkuat oleh keberhasilan Hyundai, yang telah beroperasi di Indonesia sejak 2022. Hyundai telah merekrut sejumlah eksekutif Jepang dengan tawaran gaji yang sangat menggiurkan, yang berujung pada peningkatan pangsa pasar mereka yang signifikan.

Keberhasilan perekrutan ini tidak hanya memberikan dampak negatif bagi bisnis Jepang, tetapi juga menunjukkan pergeseran tren di industri otomotif. Pabrikan China seperti BYD dan Hyundai kini telah menjadi pesaing yang tangguh, tidak lagi dipandang sebelah mata oleh raksasa Jepang.

Studi yang dilakukan Persol Research and Consulting pada tahun 2022 menemukan bahwa minat untuk bekerja di perusahaan Jepang menurun hingga 10 persen dibandingkan tahun 2019. Salah satu alasannya adalah kurangnya mobilitas karier yang dirasakan oleh karyawan lokal, serta tingkat upah yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan asing lainnya.

Sementara itu, di negara-negara berkembang seperti India, pendapatan insinyur teknologi informasi kini setara dengan yang ditawarkan di Jepang. Ini semakin mengurangi daya tarik bekerja di perusahaan Jepang.

Perburuan talenta oleh pabrikan China menjadi tantangan baru bagi pabrikan Jepang di Indonesia. Untuk mempertahankan karyawan terbaiknya, mereka perlu meningkatkan insentif dan prospek karier, sekaligus berinovasi untuk tetap menjadi pilihan utama bagi para profesional di industri otomotif.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini