Kemacetan luar biasa melanda kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat pada libur panjang akhir pekan lalu. Pemotor yang menyerobot lajur berlawanan arah memperparah kekacauan lalu lintas di kawasan wisata tersebut.

Menurut Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro, kemacetan itu disebabkan oleh lonjakan drastis kendaraan yang berwisata ke Puncak. Jumlah kendaraan yang membludak melebihi kapasitas jalan di kawasan itu.

"Ada 150 ribu kendaraan ke Puncak, padahal seharusnya maksimal hanya 70 ribu," kata Rio.

Namun, tindakan tidak sabar pengendara motor memperburuk kemacetan. Alih-alih mengantre dengan tertib, banyak pemotor yang melawan arah, sehingga menghalangi lalu lintas kendaraan lain.

"Motor pada melambung melawan arah sehingga lalu lintas terkunci," lanjut Rio.

Praktisi keselamatan berkendara Sony Susmana menilai, pengendara motor yang "ngeblong" mengambil jalur berlawanan hanya memperparah kemacetan.

"Pemotor tidak peka terhadap kondisi ini. Jalur kosong di sebelah kanan bukan hak mereka untuk dilintasi. Jika dilakukan, akan terjadi bottleneck. Sekalipun ada seribu petugas atau berbagai rekayasa, kemacetan tidak akan terurai jika pengendara tidak tertib berlalu lintas," ujar Sony.

Menurutnya, meski pengendara motor kerap mengalami kepanasan atau kehujanan, lebih baik menepi untuk beristirahat daripada memperparah kemacetan dengan melanggar aturan.

"Motor memang kecil dan bisa menyelinap, tapi bukan berarti semua ruang kosong boleh dimasukkan. Jangan ngeblong karena akan mengakibatkan kemacetan. Berkendara dengan etika adalah kunci menghindari kesemrawutan lalu lintas," tegas Sony.

Kemacetan di Puncak ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya kesadaran berlalu lintas yang baik. Pengendara harus memahami bahwa tindakan mereka tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga keselamatan dan kenyamanan orang lain.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini