Jakarta, 16 Mei 2024 – Bos karoseri Adiputro memberikan tanggapan terkait modifikasi bodi SHD (super high decker) yang dilakukan pada bus pariwisata Trans Putera Fajar. Modifikasi ini dilakukan oleh salah satu karoseri rumahan di Malang dan menuai kontroversi karena dianggap tidak sesuai dengan aturan keselamatan.

Sebagai informasi, bus pariwisata PO Trans Putera Fajar sebelumnya mengalami kecelakaan fatal di Subang, Jawa Barat pada hari Sabtu, 11 Mei 2024. Akibat kecelakaan tersebut, 11 orang meninggal dunia, 12 orang mengalami luka berat, dan 20 orang mengalami luka ringan. Selain masalah sistem keselamatan dan keamanan, bus ini juga belum melakukan uji berkala atau uji kir di Dinas Perhubungan.

Direktur PT Adiputro Wirasejati, David Jethrokusumo, sangat menyayangkan modifikasi bodi bus secara sembarangan yang dilakukan oleh karoseri rumahan. Terlebih lagi, modifikasi ini dilakukan tanpa memperhatikan aspek keamanan. David mengungkapkan bahwa meskipun meng-copy desain adalah hal yang wajar, keselamatan tetap harus menjadi prioritas.

Bus Trans Putera Fajar awalnya memiliki bodi standar, namun kemudian diubah menjadi bodi dengan dek tinggi (SHD) yang terinspirasi dari desain bodi SHD Adiputro. Sayangnya, proses modifikasi ini dilakukan dengan cara yang tidak memperhatikan kekuatan dan keamanan bodi bus. Bodi lama dibuang dan diganti dengan bodi baru, tanpa memperhitungkan dampak potongan dan penambahan bodi terhadap kekuatan struktur.

David menyoroti pentingnya mengutamakan keselamatan dalam modifikasi kendaraan, terutama ketika mengubah desain bodi. Meskipun kreativitas dalam modifikasi adalah hal yang baik, tetap harus mematuhi standar keselamatan yang berlaku.

Semoga artikel ini memberikan pemahaman lebih tentang isu modifikasi bodi bus dan pentingnya memperhatikan aspek keselamatan dalam proses tersebut. Mari kita selalu mengutamakan keselamatan dalam berkendara dan memodifikasi kendaraan. 🚌🛣️

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini