Pemilik mobil seringkali terlena. Kendaraan jarang dipakai, dianggap bersih, bebas masalah. Padahal, anggapan ini bisa jadi bumerang. Salah satu komponen penting yang sering terlewat adalah filter udara.
Banyak yang mengira filter udara hanya bermasalah jika mobil sering dipakai di jalanan berdebu atau medan berat. Faktanya, meski mobil lebih sering diparkir di garasi, filter udara tetap berpotensi kotor.
"Debu itu pintar cari jalan," ungkap seorang mekanik berpengalaman di Jakarta. "Walaupun mobil jarang jalan, debu tetap bisa masuk melalui celah-celah kecil, terutama jika garasi tidak benar-benar kedap."
Debu dan kotoran yang menumpuk di filter udara bisa menyebabkan masalah serius. Udara yang masuk ke ruang bakar menjadi terbatas, mengganggu proses pembakaran. Efeknya?
- Performa Mesin Loyo: Tarikan mesin terasa berat, akselerasi kurang responsif.
- Boros Bahan Bakar: Pembakaran tidak sempurna memaksa mesin bekerja lebih keras, alhasil konsumsi bensin meningkat.
- Mesin Bergetar: Campuran udara dan bahan bakar yang tidak ideal bisa menyebabkan mesin bergetar atau "ngelitik".
Mekanik tersebut menambahkan, "Filter udara yang kotor memaksa throttle body bekerja lebih keras. Ujung-ujungnya, komponen lain juga bisa terkena imbasnya."
Lalu, seberapa sering filter udara perlu dicek dan diganti? Idealnya, pengecekan dilakukan setiap servis berkala. Penggantian disarankan setiap 10.000 kilometer atau minimal enam bulan sekali, tergantung kondisi lingkungan.
"Jangan tunggu sampai mesin bermasalah," pesannya. "Biaya ganti filter udara jauh lebih murah daripada perbaikan mesin akibat pembakaran yang tidak sempurna."
Jadi, jangan remehkan filter udara meski mobil jarang dipakai. Investasi kecil untuk menjaga performa mesin tetap prima dan hemat bahan bakar. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?