Jakarta – Bahan bakar hidrogen kian dilirik sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil yang lebih ramah lingkungan. Jepang menjadi salah satu negara yang gencar mengembangkan teknologi ini. Namun, berapa sebenarnya harga bahan bakar hidrogen saat ini, dan kapan harga ideal bisa tercapai?
Menurut pengamat dari Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), Hary Devianto, secara umum bahan bakar hidrogen terbagi menjadi dua kategori utama: low carbon dan high carbon. Untuk aplikasi kendaraan bermotor, hidrogen low carbon menjadi pilihan ideal.
Saat ini, harga hidrogen low carbon masih tergolong mahal, di atas US$ 5 (sekitar Rp 84 ribu) per kilogram. Bahkan, ada yang mencapai US$ 10 (sekitar Rp 168 ribu) per kilogram. Padahal, target idealnya adalah US$ 1 (sekitar Rp 16 ribu) per kilogram.
"Satu kilogram hidrogen untuk 100 km, itu sudah terbukti. Nah, target berikutnya adalah US$ 1. Jadi, satu kilogram hidrogen (harganya) US$ 1. Itu pasti sudah mengajar seluruh dunia. Sekarang masih di atas US$ 5, bahkan banyak di atas US$ 10," ungkap Hary beberapa waktu lalu.
Kapan harga tersebut bisa tercapai? Hary belum bisa memberikan kepastian. Menurutnya, pembentukan ekosistem hidrogen yang solid menjadi kunci utama. Pengembangan energi terbarukan yang intermiten dan spesifik lokasi juga memegang peranan penting. Strategi setiap negara pun berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing.
Sementara itu, hidrogen high carbon, atau yang lebih dikenal sebagai grey hydrogen, memiliki harga yang lebih terjangkau, di bawah US$ 2 (sekitar Rp 33 ribu) per kilogram. Namun, jenis ini tidak disarankan untuk penggunaan energi transportasi karena dihasilkan dari bahan bakar fosil seperti gas alam atau batu bara, tanpa teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS).
"Itu masuknya hidrogen untuk industri, bukan hidrogen untuk energi. Kalau untuk energi itu sudah ada komitmen dunia untuk menggunakan low-carbon hydrogen. Sebenarnya itu masih himbauan, tapi kalau Indonesia itu diwajibkan," jelas Hary.
Saat ini, infrastruktur pengisian bahan bakar hidrogen di Indonesia masih sangat terbatas. Tercatat hanya ada dua Stasiun Pengisian Hidrogen (HRS), yaitu milik PLN di Senayan, Jakarta Pusat, dan milik Toyota di Karawang, Jawa Barat. Pengembangan infrastruktur yang masif menjadi langkah krusial untuk mendukung adopsi kendaraan berbahan bakar hidrogen di masa depan.