Penjualan mobil listrik di Amerika Serikat terus menunjukkan tren positif. Pada kuartal pertama tahun 2025, pasar mencatatkan pertumbuhan signifikan. Namun, di balik kilau angka-angka tersebut, terdapat dinamika menarik, terutama terkait performa Tesla, sang penguasa pasar.

Berdasarkan data terbaru, sebanyak 296.227 unit mobil listrik berhasil terjual di AS selama periode Januari hingga Maret 2025. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 11,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatatkan penjualan sebanyak 265.981 unit.

Kenaikan ini didorong oleh performa apik dari beberapa merek. Porsche, Toyota, VW, Volvo, dan GMC berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan yang signifikan. Chevrolet, di bawah bendera General Motors, juga menunjukkan performa luar biasa berkat model-model seperti Equinox EV, Blazer EV, dan Silverado EV. Equinox EV menjadi bintang dengan penjualan mencapai 10.329 unit, sementara Blazer EV melonjak drastis dari hanya 600 unit pada Q1 2024 menjadi 6.187 unit pada Q1 2025.

Toyota, dengan andalannya bZ4x, mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 195,7 persen. Volvo juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 172,9 persen berkat jajaran model C40, EX30, EX90, dan XC40.

Namun, sorotan utama tertuju pada Tesla. Meskipun masih memimpin pasar dengan pangsa 43,5 persen, penjualan Tesla justru mengalami penurunan sebesar 9 persen. Pada kuartal pertama 2025, Tesla hanya berhasil menjual 128.100 unit, turun dibandingkan 140.187 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Tesla mempertahankan dominasinya di tengah persaingan yang semakin ketat.

Selain Tesla, beberapa merek lain juga mengalami penurunan penjualan, antara lain Kia, Lexus, Mercedes Benz, Mini, dan Rivian.

Tantangan di Depan Mata

Meskipun tren penjualan mobil listrik secara umum positif, para ahli memprediksi bahwa sisa tahun 2025 akan menjadi periode yang penuh tantangan. Faktor-faktor seperti tarif impor baru yang ditetapkan oleh pemerintah AS, terutama untuk bahan baku baterai, dapat mengganggu rantai pasokan dan menekan margin keuntungan produsen.

"Industri otomotif bisa sangat berat ditambah naiknya tarif baru yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump, terutama bagi pembuat mobil yang mengandalkan bahan impor. Tarif baja dan aluminium sudah menjadi rintangan, dan dengan Cina memasok sebagian besar bahan baterai EV dunia, kebuntuan perdagangan yang sedang berlangsung dapat mendistorsi pasar lebih jauh," tulis Cox Automotive dalam proyeksi mereka.

Kebijakan tarif baru ini dapat memaksa produsen untuk menaikkan harga jual mobil listrik, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi permintaan konsumen. Selain itu, ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung antara AS dan negara-negara lain, terutama China, dapat semakin memperburuk situasi.

Dengan persaingan yang semakin ketat dan tantangan eksternal yang membayangi, pasar mobil listrik di AS pada tahun 2025 diprediksi akan menjadi arena pertarungan yang sengit. Mampukah Tesla mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar? Atau akankah merek-merek lain berhasil merebut pangsa pasar yang lebih besar? Waktu yang akan menjawab.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini