Industri otomotif Amerika Serikat (AS) diperkirakan menghadapi badai penurunan penjualan dalam beberapa tahun mendatang. Goldman Sachs, perusahaan perbankan investasi ternama, memangkas proyeksi penjualan mobil di AS, mengkhawatirkan dampak kebijakan tarif impor dan kenaikan harga suku cadang.
Tahun 2024 lalu, pasar otomotif AS mencatatkan penjualan 15,9 juta unit kendaraan. Goldman Sachs awalnya optimis dengan memprediksi angka 16,25 juta unit untuk tahun ini. Namun, revisi terbaru menunjukkan proyeksi yang lebih pesimis, yakni 15,40 juta unit, atau penurunan signifikan sebesar 850.000 unit.
Kabar buruknya, tren penurunan ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2026, dengan proyeksi penjualan hanya mencapai 15,25 juta unit. Angka ini menunjukkan potensi kehilangan penjualan sebesar 1 juta unit dibandingkan dengan tahun 2024.
Lantas, apa yang menyebabkan prospek suram bagi industri otomotif AS ini?
Salah satu faktor utama adalah kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump. Rencana penerapan tarif impor tambahan sebesar 25% untuk kendaraan bermotor dinilai akan memicu lonjakan harga mobil baru. Selain itu, rencana pemberlakuan tarif untuk bahan baku utama seperti baja dan aluminium, yang akan dimulai pada Mei 2025, semakin memperburuk situasi.
Analis memperkirakan bahwa kombinasi faktor-faktor ini akan mendorong harga mobil baru di AS naik antara USD 2.000 (Rp 33,6 juta) hingga USD 4.000 (Rp 67,2 juta) dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun mendatang. Kenaikan harga yang signifikan ini tentu akan membebani daya beli konsumen dan menghambat penjualan.
"Kenaikan harga mobil akibat tarif dan biaya bahan baku akan memaksa konsumen untuk menunda pembelian atau mencari alternatif yang lebih murah. Ini jelas akan berdampak negatif pada volume penjualan," ujar seorang analis otomotif independen.
Selain pasar AS, Goldman Sachs juga merevisi turun proyeksi produksi otomotif global. Proyeksi untuk tahun ini dipangkas dari 90,4 juta unit menjadi 88,7 juta unit, sementara perkiraan untuk tahun 2026 juga diturunkan dari 92,6 juta menjadi 90,7 juta.
Penurunan proyeksi ini mengindikasikan bahwa tantangan yang dihadapi industri otomotif tidak hanya terbatas pada pasar AS. Faktor-faktor global seperti inflasi, gangguan rantai pasokan, dan ketidakpastian geopolitik juga turut berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan industri otomotif secara keseluruhan.
Dengan prospek yang semakin menantang, para pelaku industri otomotif perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi dampak negatif dari tarif impor dan kenaikan harga. Inovasi produk, efisiensi produksi, dan fokus pada kendaraan listrik yang lebih terjangkau dapat menjadi kunci untuk mempertahankan daya saing di pasar yang semakin kompetitif.