Anhui, China – CEO Xiaomi, Lei Jun, menyampaikan duka mendalam atas kecelakaan tragis yang melibatkan mobil listrik (EV) SU7 di Anhui, China, yang menewaskan tiga mahasiswi. Kecelakaan maut ini memicu sorotan tajam terhadap fitur autopilot dan standar keselamatan EV secara umum.
"Saya sangat terpukul atas kecelakaan yang terjadi pada malam tanggal 29. Kehilangan nyawa tiga gadis muda adalah tragedi mendalam bagi keluarga, teman, dan kita semua. Atas nama Xiaomi, saya sampaikan belasungkawa terdalam dan simpati tulus kepada keluarga yang ditinggalkan," ujar Lei Jun melalui akun media sosialnya.
Menyusul kejadian tersebut, Xiaomi segera membentuk tim investigasi khusus untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam mengungkap penyebab pasti kecelakaan. Lei Jun menekankan bahwa investigasi masih berlangsung dan Xiaomi belum memiliki akses penuh ke kendaraan, sehingga banyak pertanyaan belum bisa dijawab saat ini.
"Apapun yang terjadi, kami tidak akan menghindar dari tanggung jawab," tegas Lei Jun, mengindikasikan komitmen Xiaomi untuk transparan dan bertanggung jawab dalam menghadapi situasi ini.
Kronologi Kecelakaan dan Kontroversi
Menurut keterangan resmi Xiaomi, mobil SU7 yang terlibat adalah versi standar yang menggunakan sistem navigasi berbasis visi tanpa LiDAR. Saat kejadian, mobil berada dalam mode Navigation on Autopilot (NOA) dengan kecepatan 116 km/jam. Mobil dilaporkan mendekati zona konstruksi yang menghalangi jalur. Sistem kemudian mengeluarkan peringatan dan mulai memperlambat kendaraan sebelum pengemudi mengambil alih kendali dan mengerem. Namun, tabrakan dengan tiang beton tak terhindarkan, terjadi pada kecepatan 97 km/jam.
Kecelakaan ini memunculkan sejumlah pertanyaan dan kontroversi, termasuk mengenai respons Xiaomi terhadap keluarga korban dan penyebab mobil terbakar setelah tabrakan. Xiaomi membantah klaim bahwa pihaknya tidak segera menghubungi keluarga, menjelaskan bahwa mereka menghubungi pemilik mobil, namun mobil tersebut tidak dikendarai oleh pemiliknya saat kejadian.
Terkait kebakaran, Xiaomi menegaskan bahwa setiap pintu SU7 dilengkapi dengan pegangan darurat mekanis yang tetap berfungsi meskipun baterai mobil rusak. Sistem panggilan darurat kendaraan (eCall) juga secara otomatis menghubungi layanan darurat setelah kecelakaan.
Sorotan pada Keamanan EV dan Autopilot
Tragedi ini memicu perdebatan luas di media sosial Tiongkok tentang keamanan EV dan efektivitas fitur autopilot. Banyak warganet yang menyerukan penyelidikan menyeluruh dan menuntut standar keselamatan yang lebih ketat untuk kendaraan listrik, terutama yang dilengkapi dengan sistem otonom.
Kasus ini menjadi pengingat penting tentang tantangan dan risiko yang terkait dengan teknologi otonom. Meskipun fitur autopilot menjanjikan kenyamanan dan efisiensi, keselamatan tetap menjadi prioritas utama. Produsen otomotif perlu memastikan bahwa sistem otonom diuji dan divalidasi secara ekstensif dalam berbagai kondisi sebelum dirilis ke publik.
Penyelidikan kecelakaan SU7 ini akan menjadi sangat penting dalam menentukan penyebab pasti kecelakaan dan mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan keselamatan EV dan fitur autopilot di masa depan. Hasil investigasi diharapkan dapat memberikan pelajaran berharga bagi industri otomotif global dan membantu mencegah tragedi serupa di kemudian hari.