Jakarta – Jepang, negara yang dikenal sebagai salah satu raksasa industri otomotif dunia, justru jarang mengalami kemacetan parah di kota-kota besarnya. Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengingat produksi mobil dan motor di Jepang sangatlah tinggi. Apa rahasianya?
Salah satu faktor utama adalah tingginya biaya kepemilikan dan operasional kendaraan pribadi. Masyarakat Jepang, khususnya di perkotaan, lebih memilih memanfaatkan transportasi umum yang terintegrasi dan efisien.
"Biaya parkir mobil di kota-kota besar Jepang sangat mahal. Selain itu, transportasi umum seperti kereta api dan bus, telah disubsidi pemerintah sehingga lebih terjangkau, aman, dan nyaman," jelas seorang pengamat transportasi yang enggan disebutkan namanya.
Kereta api di Jepang terkenal dengan ketepatan waktu dan jangkauan yang luas, menghubungkan berbagai wilayah dengan cepat dan efisien. Bus juga menyediakan layanan yang teratur dan mencakup area yang tidak terjangkau oleh kereta.
Selain itu, budaya bersepeda juga cukup populer di Jepang. Banyak warga yang memilih bersepeda untuk perjalanan jarak pendek, terutama ke stasiun kereta api atau tempat kerja. Pemerintah juga mendukung budaya bersepeda ini dengan menyediakan jalur sepeda yang aman dan nyaman.
Meskipun demikian, penggunaan mobil pribadi tetap penting bagi masyarakat di daerah pedesaan. Di wilayah-wilayah ini, akses ke transportasi umum mungkin terbatas, sehingga mobil menjadi kebutuhan untuk mobilitas sehari-hari.
Kombinasi antara biaya kepemilikan mobil yang tinggi, transportasi umum yang efisien, dan budaya bersepeda inilah yang menjadi kunci mengapa Jepang mampu mengendalikan kemacetan di kota-kota besarnya, meskipun menjadi salah satu produsen otomotif terbesar di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan mengatasi masalah kemacetan tidak hanya bergantung pada produksi kendaraan, tetapi juga pada kebijakan transportasi yang bijaksana dan pilihan masyarakat dalam menggunakan moda transportasi.
