Jakarta – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah mengeluarkan imbauan agar perusahaan aplikasi transportasi online memberikan Bantuan Hari Raya (BHR) kepada mitra pengemudi ojek online (ojol) dan kurir. Namun, harapan para ‘pasukan hijau’ untuk menerima bantuan setara Upah Minimum Provinsi (UMP) setempat, tampaknya masih jauh dari kenyataan.

Surat Edaran Kemnaker Nomor M/3/HK.04.00/III/2025 tentang Pemberian Bonus Hari Raya Keagamaan Tahun 2025 bagi Pengemudi dan Kurir pada Layanan Angkutan Berbasis Aplikasi menjadi dasar hukum imbauan ini. Regulasi tersebut menyebutkan bahwa besaran BHR yang diberikan adalah 20 persen dari rata-rata penghasilan bulanan mitra selama satu tahun terakhir.

Dengan formula tersebut, muncul pertanyaan: seberapa realistis ojol mendapatkan ‘THR’ setara UMP? Mari kita telaah lebih dalam.

UMP vs. Pendapatan Ojol: Jurang Pemisah yang Lebar

Ambil contoh DKI Jakarta, di mana UMP berada di kisaran Rp 5 jutaan. Untuk mendapatkan BHR sebesar UMP tersebut, seorang pengemudi ojol harus memiliki penghasilan rata-rata Rp 25 juta per bulan selama setahun penuh. Angka yang fantastis, mengingat realitas di lapangan menunjukkan angka yang jauh berbeda.

Survei lapangan menunjukkan bahwa rata-rata penghasilan ojol di wilayah Jabodetabek berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per bulan. Meskipun ada segelintir pengemudi yang berpenghasilan lebih tinggi, jumlah mereka tidak signifikan.

Simulasi BHR: Seberapa Besar yang Akan Diterima Ojol?

Berikut adalah simulasi kasar besaran BHR yang mungkin diterima ojol, berdasarkan imbauan pemerintah:

  • Pendapatan Bulanan Rata-rata: Rp 4.000.000
    • BHR (20%): Rp 800.000
  • Pendapatan Bulanan Rata-rata: Rp 5.000.000
    • BHR (20%): Rp 1.000.000

Angka-angka di atas hanyalah ilustrasi. Besaran BHR yang diterima oleh masing-masing pengemudi akan bervariasi, tergantung pada produktivitas dan penghasilan mereka selama setahun terakhir.

Tantangan dan Harapan di Masa Depan

Meskipun impian mendapatkan BHR setara UMP terasa sulit digapai, imbauan Kemnaker ini merupakan langkah positif. Ini adalah pengakuan atas kontribusi penting para pengemudi ojol dalam perekonomian, sekaligus membuka ruang dialog untuk memperbaiki sistem yang lebih adil.

Penting bagi perusahaan aplikasi untuk transparan dalam perhitungan BHR dan memberikan insentif yang jelas bagi pengemudi. Di sisi lain, pengemudi juga perlu meningkatkan produktivitas dan strategi untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Masa depan BHR bagi ojol masih menjadi tanda tanya. Namun, dengan dialog yang konstruktif dan komitmen dari semua pihak, bukan tidak mungkin para ‘pasukan hijau’ dapat menikmati hari raya dengan lebih sejahtera.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini