Peugeot 206, hatchback asal Prancis ini pernah merajai jalanan Indonesia di awal tahun 2000-an. Desainnya yang stylish, aura mobil reli yang kental, dan citra sebagai mobil Eropa yang mewah menjadikannya incaran anak muda dan eksekutif muda kala itu. Tapi, bagaimana nasibnya sekarang? Apakah Peugeot 206 masih layak dilirik di pasar mobil bekas?
Kilas Balik Sang "Singa Kecil"
Masuk ke Indonesia secara CBU (Completely Built Up) pada tahun 2000, Peugeot 206 langsung mencuri perhatian. Di era ketika hatchback Jepang masih minim model, 206 hadir sebagai angin segar dengan desain membulat yang aerodinamis, jauh berbeda dengan kotak-kotak khas mobil Jepang saat itu. Apalagi, kemenangan Peugeot di ajang reli WRC (World Rally Championship) semakin mendongkrak popularitasnya.
Dulu, 206 dikenal sebagai mobilnya anak orang kaya. Harganya yang lumayan tinggi dan statusnya sebagai mobil Eropa membuatnya menjadi simbol kemapanan. Varian yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari tipe Standar hingga Sporty, dengan pilihan mesin 1.4 liter dan transmisi manual 5 percepatan atau matic 4 percepatan.
Desain Menawan, Fitur Standar
Salah satu daya tarik utama 206 adalah desainnya. Lekuk tubuhnya yang membulat, lampu depan besar yang menyipit, dan grille kecil dengan logo singa khas Peugeot memberikan kesan sporty sekaligus elegan. Interiornya memang tergolong minimalis, namun tetap enak dipandang dengan desain dashboard yang membulat.
Sayangnya, fitur yang ditawarkan 206 tergolong standar untuk ukuran mobil Eropa. Fitur seperti AC, power steering, power window, dan electric mirror hanya tersedia pada tipe tertentu. Material interior juga didominasi plastik keras yang rentan terhadap perubahan suhu.
Performa Biasa Saja, Handling Lincah
Di balik tampangnya yang sporty, performa mesin 206 ternyata tidak terlalu istimewa. Mesin 1.4 liter TU3JP hanya menghasilkan tenaga 75 HP dan torsi 111 Nm. Cukup untuk penggunaan dalam kota, namun kurang bertenaga untuk perjalanan jauh atau saat membawa banyak penumpang.
Meski begitu, handling 206 patut diacungi jempol. Bodinya yang ringkas dan suspensi yang nyaman membuat mobil ini lincah bermanuver di jalanan perkotaan. Karakter suspensi yang sedikit keras juga memberikan kestabilan saat melaju dengan kecepatan tinggi.
Momok Perawatan: Suku Cadang Mahal dan Kelistrikan Rumit
Inilah yang menjadi momok bagi pemilik Peugeot 206. Suku cadang 206 tidak semudah didapatkan seperti mobil Jepang. Harganya pun relatif lebih mahal. Selain itu, sistem kelistrikan 206 juga terkenal rumit dan membutuhkan penanganan bengkel spesialis.
Bahkan, untuk sekadar mengganti aki pun ada prosedurnya tersendiri. Jika tidak diikuti dengan benar, ECU (Electronic Control Unit) bisa terkunci.
Layak Dibeli di Tahun 2024? Pertimbangkan Hal Ini
Dengan harga yang semakin terjangkau di pasar mobil bekas, Peugeot 206 bisa menjadi pilihan menarik bagi yang menginginkan hatchback Eropa dengan desain ikonik. Namun, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membelinya:
- Kondisi mobil: Cari unit yang terawat dengan baik dan memiliki riwayat servis yang jelas.
- Ketersediaan suku cadang: Pastikan suku cadang yang dibutuhkan masih mudah didapatkan di daerah Anda.
- Bengkel spesialis: Siapkan dana lebih untuk perawatan di bengkel spesialis Peugeot.
Kesimpulan: Mobil Gaya dengan Tantangan Perawatan
Peugeot 206 adalah hatchback yang menarik dengan desain yang tak lekang oleh waktu dan handling yang lincah. Namun, perawatan yang rumit dan harga suku cadang yang mahal menjadi tantangan tersendiri. Jika Anda siap menghadapi tantangan tersebut, Peugeot 206 bisa menjadi mobil bekas yang memuaskan dan memberikan pengalaman berkendara yang berbeda dari mobil Jepang. Yang terpenting, lakukan riset dan periksa kondisi mobil secara teliti sebelum memutuskan untuk membelinya.