Jakarta – Nissan kembali menggebrak pasar otomotif Indonesia dengan menghadirkan Serena e-Power, sebuah MPV hybrid yang menawarkan pengalaman berkendara unik. Dengan harga Rp 645 juta (on-the-road DKI Jakarta), Serena e-Power menjanjikan kombinasi efisiensi bahan bakar dan performa layaknya mobil listrik.
Lalu, apa yang membuat Serena e-Power ini begitu istimewa? Jawabannya terletak pada teknologi e-Power yang diusungnya. Berbeda dengan sistem hybrid konvensional, e-Power mengandalkan motor listrik sepenuhnya untuk menggerakkan roda. Mesin bensin 1.433 cc yang ada di dalam mobil ini hanya berfungsi sebagai generator, mengisi daya baterai Lithium-ion berkapasitas 1,769 kWh.
"Sistem e-Power ini merupakan evolusi dari pengalaman Nissan dalam mengembangkan mobil listrik murni," ujar salah satu perwakilan Nissan Motor Distributor Indonesia (NMDI).
Dengan kata lain, pengemudi akan merasakan sensasi berkendara mobil listrik, dengan torsi instan dan akselerasi yang responsif, namun tanpa perlu khawatir tentang jarak tempuh yang terbatas. Ketika baterai mulai menipis, mesin bensin akan secara otomatis menyala untuk mengisi daya, memastikan perjalanan tetap lancar.
Lantas, apakah Serena e-Power layak dibeli? Jawabannya tergantung pada kebutuhan dan preferensi masing-masing individu. Jika Anda mencari MPV yang irit bahan bakar, nyaman dikendarai, dan menawarkan pengalaman berkendara yang berbeda, Serena e-Power bisa menjadi pilihan yang menarik. Apalagi, teknologi e-Power ini menjanjikan emisi gas buang yang lebih rendah, sehingga berkontribusi pada lingkungan yang lebih bersih.
Namun, perlu diingat bahwa harga Serena e-Power tergolong premium di kelasnya. Selain itu, performa mesin bensin sebagai generator mungkin tidak sehalus mobil listrik murni.
Secara keseluruhan, Nissan Serena e-Power adalah terobosan yang menarik di pasar MPV hybrid. Dengan teknologi e-Power yang inovatif, mobil ini menawarkan alternatif yang menarik bagi konsumen yang ingin merasakan sensasi mobil listrik tanpa meninggalkan kepraktisan sebuah MPV. Keputusan untuk membeli, tentu saja, kembali pada prioritas dan anggaran masing-masing.